SOLOPOS.COM - Ilustrasi pejalan kaki di Jakarta (Nytimes.com)

Tahukah Anda? Kali ini tentang empat hal yang membuat orang Indonesia malas jalan kaki.

Solopos.com, JAKARTA – Bukan rahasia umum lagi Jakarta dikenal sebagai kota terpadat di dunia. Saking padatnya, seseorang harus harus berangkat lebih awal jika tidak ingin terjebak macet pada jam sibuk. Bahkan, hasil penelitian terbaru mengungkapkan sangat jarang orang yang mau berjalan kaki di jalanan Ibu Kota.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir The New York Times, Minggu (20/8/2017), tim peneliti dari Standford University, Kalifornia, Amerika Serikat, menyebut tidak ada satu orang pun yang mau berjalan kaki di Jakarta. Lihat saja, kebanyakan warga Jakarta memang lebih memilih melakukan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, mobil, maupun alat transportasi umum.

Dalam hasil penelitian itu disebutkan, rata-rata hanya ada 3.513 orang Indonesia yang berjalan kaki setiap harinya. Jumlah itu dianggap sangat sedikit mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta orang. Dita Wahyunita, seorang warga Jakarta mengungkap, kebanyakan orang tidak suka berjalan kaki lantaran kondisi trotoar yang tidak aman.

“Saya merasa tidak aman berjalan karena beberapa alasan, salah satunya kondisi trotoar yang mengerikan. Trotoar di Jakarta yang sangat sempit itu terkadang sudah retak dan tidak rata. Kondisi ini jauh berbeda dengan trotoar di negara lain yang lebih lebar dan aman bagi pejalan kaki,” ungkap Dita.

Senada dengan penuturan Dita, peneliti dari Stanford University, Tim Althoff, mengakui buruknya kondisi trotoar di Ibu Kota. Bagi mereka, alasan itu cukup masuk akal jika sampai membuat warga Jakarta malas berjalan kaki.

“Trotoarnya sangat buruk. Bukannya untuk pejalan kaki, trotoar sering dipakai sebagai tempat parkir sepeda motor. Polusi udara di sana juga sangat mengerikan. Semua ini jelas menjadi penyebab utama warga Jakarta enggan berjalan kaki,” Tim Althoff.

Bukan hanya itu saja, kebiasaan orang Indonesia yang lebih senang berkendara ketimbang berjalan menjadi penyebab selanjutnya. Dalam pengamatannya, Althoff melihat banyak orang yang memilih naik sepeda motor untuk menempuh jarak sekitar 200 meter.

Lebih lanjut, Althoff melihat budaya malas berjalan sudah mendarah daging. Ia sering melihat banyak orang yang memilih naik lift daripada tangga. Saking malasnya, orang Indonesia biasanya hanya berdiri saat menaiki eskalator datar. Padahal sebenarnya orang yang melewati eskalator datar harus tetap berjalan.

Menurut Alfred Sitorus, Ketua Koalisi Pedestrian di Jakarta, mengaku sudah lelah melakukan tindakan untuk memperbaiki fungsi trotoar. Mereka sudah beberapa kali mendesak warga agar tidak memarkirkan motor maupun mobil mereka di trotoar.

“Kami sudah lelah. Semasa masih sekolah, kami ingat betul trotoar adalah hak pejalan kaki. Tapi, setelah beranjak dewasa kami pikir tak ada salahnya memakai trotoar sebagai tempat parkir kendaraan,” katanya.

Sementara seorang warga lain bernama Jeferson Butar mengatakan, sangat sulit mengubah kebiasaan buruk tersebut. Menurutnya, pemerintah harus berperan aktif menuntaskan masalah tersebut. “Sulit bagikita mengubah kebiasaan buruk itu. Ini adalah masalah pemerintah untuk menertibkan semuanya,” tegasnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya