SOLOPOS.COM - Talkshow virtual, Emas Dalam Kacamata Tionghoa. (Tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO – Emas sudah menjadi bagian kehidupan orang Tionghoa sejak lama. Karena sebagai logam mulia yang dihasilkan tanah, emas dipandang bisa menjadi jaminan masa depan. Sehingga emas menjadi salah satu pilihan untuk berinvestasi.

Hal itu disampaikan Pengamat Budaya Tionghoa, Ardian Cangianto saat hadir di talkshow virtual yang digelar Solopos dan didukung Galeri 24, Rabu (24/2/2021). Talkshow yang dipandu Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih, juga menghadirkan Regional Semarang 7 Galeri 24, Lasarasih Jatikusumo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ardian menjelaskan bahwa pada 2019 itu saat reset alam semesta, kemudian memasuki 2020 tahun Tikus Logam, permulaan baru. Disambung 2021 tahun Kerbau Logam, mulai dari nol lagi. Kondisi ini baik untuk memulai investasi.

“Budaya Tionghoa sudah mengenal investasi dengan berbagai cara, seperti membeli tanah atau bukan barang bergerak. Kemudian investasi logam mulia yakni emas. Apalagi ketika pemerintah China membuat uang kertas dan emas digunakan sebagai penjaminnya. Membuat semakin banyak yang berinvestasi emas,” ujar Ardian.

Baca jugaHore Naik! Daftar Harga Emas Antam Terbaru Hari Ini (24/2/2021)

Menurut Ardian, yang membedakan adalah tujuan investasi dari bangsa China atau orang Tionghoa. Apabila bangsa lain investasi untuk saat ini dengan membeli barang-barang mewah. Orang Tionghoa membeli emas untuk jaminan masa depan.

“Jadi investasi emas, atau tanah itu digunakan sebagai jaminak masa depan keturunannya. Kenapa demikian, karena nilai tukar emas tidak mengalami inflasi,” kata Ardian.

Kendati pada zaman dahulu, orang Tionghoa memilih menyimpan emas mereka di rumah. Berbeda dengan saat ini bisa menyimpan di bank, atau lembaga lainnya. Menurut Ardian, cara menyimpannya pun unik, yaitu ditanam di pondasi rumah. Sehingga ketika dibutuhkan tinggal digali.

“Nilai emas itu abadi dan tidak membutuhkan jaminan kekuasaan, ini berbeda dengan uang. Kemudian jumlah emas di bumi ini terbatas, hanya 176.000 ton saja sehingga nilainya terus naik,” tambah Ardian.

Baca jugaBank Lamban Turunkan Bunga Kredit, Ekonomi Tidak akan Kondusif

Bijak Berinvestasi Emas

Hampir senada dengan Ardian, adalah Regional Semarang 7 Galeri 24, Lasarasih Jatikusumo mengenai pandangan emas nilainya tidak terkoreksi inflasi. Menurutnya, harga emas dari masa ke masa selalu naik. Sehingga menjadi pilihan untuk investasi.

Bahkan saat ini kaum milenial pun sudah mulai melirik emas sebagai investasi. Hanya saja lanjut Laras, banyak yang ingin cepat meraih untung. Padahal harus dilihat juga tujuan awal dari investasi emas dan jangka waktunya.

“Misal investasi emas untuk biaya sekolah anak, maka hitung dulu biaya kuliahnya. Jika anak masih usia 15 tahun, baru 3 tahun lagi kuliah. Hitung berapa biaya kuliah di saat itu, misal Rp100 juta, maka untuk saat ini jika dibelikan emas dapat 100 gram. Nah 3-5 tahun ke depan harga emas sudah berubah. Berbeda dengan menabung uang di bank, tetap sama nilainya,” ujarnya.

Baca jugaIngin Beli Mobil, Ketahui Dulu DP Nol Persen Kredit Kendaraan Baru

Yang terjadi saat ini ketika pandemi di mana harga emas cukup tinggi, mereka berinvestasi menggunakan dana yang sebenarnya akan digunakan dalam waktu dekat. Ketika dijual kembali, tentu keuntungan yang diharapkan belum tentu didapat. Karena harga beli kembali tergantung harga saat itu.

“Jadi investasi emas harus bijak, caranya sisihkan dana untuk beli emas semampunya. Di Galeri 24 memfasilitasi hal itu. Ada beragam investasi emas, mulai perhiasan hingga batangan. Mulai 0,5 gram, bahkan untuk memenuhi keinginan akan diluncurkan emas 0,1 gram,” tambah Laras.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya