Soloraya
Minggu, 26 Mei 2024 - 06:39 WIB

Tampil di TBJT Solo, Kiyai Mojo Band Luncurkan 3 Lagu Kritik Sosial Politik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Band Kiyai Mojo saat meluncurkan tiga lagu tentang kritik di acara pembukaan pameran seni rupa internasional di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Jumat (23/5/2024) malam. (Istimewa/ Band Kiyai Mojo).

Solopos.com, SOLO – Acara pembukaan pameran seni rupa internasional yang digelar oleh Himpunan Perupa Sragen (Himpas) di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) pada Jumat (24/5/2024) malam dimeriahkan dengan pertunjukan musik kontemporer etnik dari Kiyai Mojo Band.

Dalam kesempatan itu, band yang lahir di era 90-an dan memiliki 10 personel itu meluncurkan tiga lagu baru yang berisi kritik atas realitas politik hingga sosial.

Advertisement

Pendiri sekaligus personel band Kiyai Mojo, Ardianto Achmadi menyampaikan tiga lagu itu berisi tiga kritik atas realitas geopolitik, politik nasional, dan bencana alam yang melanda.

“Tiap lagunya berdurasi 10 menit. Dengan gaya kontemporer etnik,” kata dia saat berbincang denga Solopos.com di TBJT, Jumat (24/5/2024) sore.

Advertisement

“Tiap lagunya berdurasi 10 menit. Dengan gaya kontemporer etnik,” kata dia saat berbincang denga Solopos.com di TBJT, Jumat (24/5/2024) sore.

Lagu pertama, berjudul Derita Anak-anak Gaza yang menurut Rudi, sapaan akrabnya, lagu tersebut diciptakan karena kegetirannya melihat konflik yang terjadi di Palestina.

“Sakit hati ini melihat berita genosida itu. Pengin saya timpuk, tapi TV cuma punya satu, kalau ditimpuk, rusak, gak bisa nonton TV nanti,” kata Rudi berkelakar.

Advertisement

“Kekejaman ini sudah tidak manusiawi lagi. Dan ini lah yang membuat saya sebagai seniman marah dan sakit hati,” kata dia.

Saat ditanya lirik bagian mana pada lagu itu yang paling menggambarkan kritiknya itu. “Kenapa peperangan ini harus didbiarkan / Di situ ada Persatuan Bangsa-Bangsa yang berslogan perdamaian / Anak-anak kecil menangis di pelukan ibunya yang mati / Oh Tuhan, tolonglah mereka,” jawabnya sambil menyanyikan lagu itu.

Lagu kedua yang diluncurkan berjudul Aku Ada di Mana-mana. Lagu itu menurut Rudi juga merupakan kritik, namun sasarannya kali ini ialah politik nasional dan para pejabat, secara khusus mereka yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Advertisement

“Kami tahu perbuatan kalian, tapi kami gak bisa apa-apa karena kami rakyat biasa dan kecil. Jadi malu lah sedikit karena kami yakin kalian juga sama seperti kami yang memiliki rasa malu. Itu maksudnya lagu Aku Ada di Mana-mana,” jelas Rudi.

Lagu ketiga berjudul Ketika Tuhan Marah yang merupakan otokritik sekaligus refleksi untuk semua manusia. Rudi menganggap bencana alam yang kerap terjadi karena ulah manusia itu sendiri.

“Alam dirusak dengan cara penebangan hutan sembarangan, dan macam-macam lagi. Akhirnya apa? Tuhan jatuhkan musibah ke kita dengan banjir, tanah longsor, dan sebagainya,” ungkap Rudi.

Advertisement

Lagu itu juga menurut Rudi mengajak pendengar untuk saling menjaga satu sama lain dan alam sekitar. Sedikit liriknya: Dulu daratan yang indah berubah jadi lautan lumpur dan menenggelamkan semua yang ada / Langit biru yang indah berubah menjadi merah darah / Dia tebarkan sepercik penyakit yang bisa membinasakan kita / Dan akhirnya harta kekayaan dan kejayaan tiada lagi berarti / Mana baktimu kepada Dia yang telah memberikan napas kehidupan.

Rudi tidak menampik bahwa ada kemungkinan lagu-lagu kritik seperti itu akan susah menyasar ke remaja atau pun masyarakat luas. Kendati demikian, sebagai seniman, bagi dia selain pasar dari karya, yang tak kalah penting ialah pesan yang ingin disampaikannya. Selain itu Rudi juga bercerita bahwa, di TBJT sore itu merupakan titik awal, untuk kemudian akan menggelar pertunjukan di tempat-tempat lainnya.

Pantauan Solopos.com, di TBJT 10 personel yang mengenakan seragam berwarna hitam itu tetap menikmati pertunjukan tiga lagu baru mereka, meskipun saat itu hujan. Hal yang sama juga dirasakan oleh pengunjung yang berteduh di Pendopo TBJT yang menikmati kritik-kritik dari Kiyai Mojo itu.

Ada perpaduan unik yang terdengar dari musiknya. Vokalis dan musiknya bergaya rock, di saat yang bersamaan diiringi pula oleh paduan suara yang menjadi backing vocal -nya. Di tengah-tengah lagu, terdengar alunan musik etnik yang dihadirkan melalui kendang dan seruling.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif