Soloraya
Sabtu, 11 Mei 2024 - 06:00 WIB

Asal-usul Nama Kawasan Deles Kemalang Klaten, Diyakini dari Nama Orang Belanda

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung duduk-duduk di depan tugu papan nama Deles Indah di Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Kamis (9/5/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kawasan Deles Indah di lereng Gunung Merapi, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, sejak lama dikenal sebagai objek wisata. Tempatnya yang sejuk dan panorama indah berlatar Gunung Merapi membikin pengunjung betah berlama-lama.

Kondisi jalan yang rusak parah beberapa tahun terakhir pun mulai diperbaiki supaya pengunjung nyaman melewatinya. Hal itu berdampak semakin bertambahnya pengunjung yang berdatangan ke kawasan yang berjarak 4-5 kilometer (km) dari puncak Merapi itu.

Advertisement

Soal nama Deles, beberapa warga mengaku tak tahu pasti dari mana nama itu berasal. Namun, beberapa warga meyakini Deles berasal dari nama seorang tokoh kolonial Belanda.

“Dulu katanya di bawah kepemimpinan Jenderal Daendels [Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada 1808-1811]. Sehingga wilayah ini kemudian menjadi Deles,” kata Ketua RT 016/RW 006, Dukuh Karang, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jenarto, saat ditemui Solopos.com di Sidorejo, Kamis (9/5/2024).

Advertisement

“Dulu katanya di bawah kepemimpinan Jenderal Daendels [Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada 1808-1811]. Sehingga wilayah ini kemudian menjadi Deles,” kata Ketua RT 016/RW 006, Dukuh Karang, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jenarto, saat ditemui Solopos.com di Sidorejo, Kamis (9/5/2024).

Wilayah Deles dulunya juga diketahui pernah menjadi kawasan perkebunan milik kolonial Belanda. Komoditas yang ditanam yakni kopi serta cokelat. Jejak perkebunan itu hingga kini masih ada.

Jenarto mengatakan ada blok-blok perkebunan yang kini dikenal dengan nama Kopen. Dulunya, blok tersebut menjadi perkebunan Belanda. Di dekat Pesanggrahan Paku Buwono (PB) X, terdapat bekas bangunan yang merupakan sisa bangunan pabrik perkebunan Belanda.

Advertisement

Perkebunan Kopi Bangkit Lagi

Belakangan, budi daya kopi mulai dikembangkan lagi oleh para pegiat di Sidorejo yang tergabung dalam Kopi Petruk. Warga mulai tertarik kembali menanam kopi. “Dulu masih banyak kopi robusta dan pohonnya besar-besar. Kalau orang kampung sini menamakan kopi bestak,” kata Jenarto.

Salah satu warga Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Sarjino, menyampaikan hal senada. Dia menjelaskan nama Deles muncul lantaran pada masa kolonial Belanda kawasan tersebut pernah menjadi perkebunan kopi milik Belanda.

”Nama Deles memang dari nama Daendels. Di sini dulu ada perusahaan kopi milik Belanda. Makanya kampung di bawah perkampungan saya itu namanya Deles. Pesanggrahan PB X itu dulunya merupakan tempat tinggalnya orang-orang Belanda,” kata Sarjino saat dihubungi Solopos.com, Jumat (10/5/2024).

Advertisement

Selain kopi, Sarjino mengatakan dari cerita leluhur, ada perkebunan teh miliki Belanda. Di kebunnya hingga kini masih ada tanaman teh yang diyakini peninggalan dari era kolonial Belanda.

Ditemui beberapa waktu sebelumnya, Ketua Kelompok Tani Hutan Ngudi Rukun Desa Sidorejo, Sukiman, mengatakan belakangan warga mulai tertarik lagi menanam kopi.

Apalagi, mereka sudah mengetahui cara tanam, panen, hingga pengolahan biji kopi hingga memiliki harga jual tinggi di pasaran. “Saat ini ada yang satu orang itu tanamannya bisa sampai 1.000 pohon. Pelan-pelan warga sudah mulai merasakan hasil dari tanam kopi,” kata Sukiman.

Advertisement

Dia menjelaskan setiap tahun kelompok taninya berencana menambah jumlah pohon kopi. Selain tanam kopi, warga juga berkomitmen untuk tanam pohon keras sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif