Bisnis
Sabtu, 25 Mei 2024 - 04:36 WIB

Biaya Kuliah Kian Mahal, Begini Tips Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak sekolah. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Polemik peningkatan uang kuliah tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) ramai diperbincangkan. Biaya pendidikan yang terus meroket menjadi momok bagi orang tua.

Tentu, dana pendidikan anak harus dipersiapkan sedini mungkin. CEO & Founder Oneshildt, Budi Raharjo menyebut ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan agar dana pendidikan dapat tersedia pada waktunya dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.

Advertisement

Budi menguraikan menyiapkan dana pendidikan bisa dimulai sejak dini. “Semakin dini kita memulai menyisihkan untuk dana pendidikan anak akan semakin mudah kita mencapainya. Dapat dikatakan waktu adalah teman kita dalam persiapan dana pendidikan anak,” terang Budi saat dihubungi Solopos.com, pada Jumat (24/5/2024).

Bahkan, Budi menyebut mempersiapkan dana pendidikan ini bisa dimulai sejak anak lahir atau sebelumnya. Seseorang juga perlu memisahkan dana pendidikan dengan rekening tabungan lainnya. Hal ini bertujuan agar dana pendidikan tidak bercampur dan memudahkan dalam monitoring perkembangan dana pendidikan.

Advertisement

Bahkan, Budi menyebut mempersiapkan dana pendidikan ini bisa dimulai sejak anak lahir atau sebelumnya. Seseorang juga perlu memisahkan dana pendidikan dengan rekening tabungan lainnya. Hal ini bertujuan agar dana pendidikan tidak bercampur dan memudahkan dalam monitoring perkembangan dana pendidikan.

Budi menjelaskan dana pendidikan juga bisa dikembangkan di instrumen yang dapat mengatasi inflasi biaya pendidikan. Setiap pertumbuhan dari dana pendidikan yang disediakan akan memudahkan untuk mencapai dana pendidikan tersebut.

“Pelajari tiap instrumen investasi dengan seksama dan pahami potensi keuntungan, tingkat risiko serta bagaimana mengelola risiko investasinya,” kata dia.

Advertisement

“Jangan sampai dana ini akhirnya terganggu. Miliki asuransi jiwa dan kesehatan yang memadai bagi keluarga,” tambahnya.

Budi mengatakan orang tua perlu menghitung kebutuhan dana pendidikan tiap anak di setiap tahapan pendidikan dengan seksama jauh hari dan disesuaikan dengan kemampuan.

“Gunankan kalkulator dana pendidikan atau konsultasikan kebutuhan tersebut dengan konsultan agar dapat menyisihkan sesuai kemampuan dan kebutuhan,” papar Budi.

Advertisement

Bukan tidak mungkin ada kenaikan dan penurunan pendapatan, atau bahkan mungkin kenaikan biaya pendidikan yang tiba-tiba. Oleh sebab itu, menurut Budi perlu melakukan review berkala juga diperlukan untuk mengevaluasi strategi apakah masih on track atau tidak.

Terkait asuransi pendidikan sebagai salah satu opsi menyiapkan dana, Budi menilai ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Asuransi pendidikan adalah produk asuransi yang mengakomodasi kebutuhan penyediaan dana pendidikan dengan manfaat tabungan dan proteksi. Jadi dalam satu produk, akan memperoleh dua manfaat. Umumnya proteksi yang diberikan adalah tersedianya dana pendidikan.

Advertisement

“Baik saat orang tua masih hidup, dan apabila terjadi risiko kehidupan seperti meninggal dunia atau catat total tetap maka perusahaan asuransi akan memberikan santunan baik itu secara sekaligus atau akan meneruskan setoran rutin orang tua,” ujarnya.

Menurut Budi setiap produk asuransi pendidikan memiliki karakteristik manfaatnya masing-masing. Perlu untuk mempelajari dengan baik dan sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Serta harus perhatikan biaya-biaya yang terkait dengan produk tersebut.

Biaya yang dibutuhkan untuk mengenyam pendidikan di Indonesia semakin mahal seiring tingginya jenjang yang ditempuh. Hal tersebut mengacu pada data yang dihimpun Solopos.com, dari dataindonesia.id.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), biaya yang dibutuhkan untuk menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) atau sederajat sebesar Rp3,24 juta. Biaya itu melonjak hingga mencapai Rp14,47 juta untuk tingkat perguruan tinggi.

Kenaikan tersebut berbanding terbalik dengan tingkat penyelesaian pendidikan menurut jenjang. Berdasarkan data BPS, hanya 11,25% pemuda di Indonesia yang telah menamatkan perguruan tinggi pada 2023. Angkanya meningkat 0,28% poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 10,97%.

Data tersebut mencerminkan biaya perguruan tinggi lebih mahal dibandingkan jenjang lainnya, disusul tingkat pendidikan penyelesaian di jenjang perguruan tinggi lebih rendah dibandingkan jenjang lainnya.

Kendati demikian, mayoritas warga Indonesia ingin anaknya melanjutkan jenjang pendidikan sarjana setelah lulus dari SMA/SMK.

Indikator Politik Indonesia melakukan survei ini terhadap 1.520 responden berusia 17 tahun atau lebih di seluruh Indonesia pada 7-12 April 2022. Sebanyak 82,1% responden ingin anak mereka melanjutkan jenjang S1.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif