Bisnis
Rabu, 24 April 2024 - 11:34 WIB

Manfaatkan Digitalisasi, Bakul Mi Ayam di Karanganyar Lebih Mudah Gaet Pembeli

Redaksi Solopos.com  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjual mi ayam di dekat Lapangan Baturan, Colomadu, Karanganyar, memanfaatkan standar kode QR Nasional (QRIS) untuk transaksi pembayaran. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO – Warung tenda dengan nama Bakso & Mie Ayam Classic di pinggir lapangan Baturan, Colomadu, Karanganyar, terlihat sepi pembeli saat Solopos.com mampir beberapa waktu lalu.

Maklum, malam itu memang sedang hujan gerimis.

Advertisement

Jika cuaca cerah, warung mi ayam dan bakso yang buka sore hingga malam hari ini biasanya ramai. Retno Ari Cahyati dan Ferry, pemilik Bakso & Mie Ayam Classic menjual berbagai olahan mi.

Mulai dari mi ayam dan bakso, mi ayam original, hingga mi ayam ceker. Harganya relatif murah, yakni mulai Rp8.000 per porsi sesuai dengan topping yang diminta.

Hujan yang selalu turun saat malam hari, kata Retno, memang jadi kendala. Padahal, mereka hanya boleh berjualan saat sore hingga malam hari. Dulu, saking derasnya hujan, tenda jualannya pernah rubuh.

Advertisement

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Retno dan suami pun terpaksa menutup warung dan lekas pulang ke rumah.

Minimnya pendapatan ketika hujan malam hari membuat Retno dan suami atur strategi jualan. Pelaku usaha yang berjualan sejak tiga tahun ini kemudian mencoba peruntungan dengan mendaftar di aplikasi Gojek, Grab, maupun Shopee.

Upaya mereka berhasil, sehingga meskipun hanya buka saat sore dan malam hari, jualan tetap ramai. Banyak pembeli online yang memesan makanan mereka. Hal ini cukup membantu mereka mengimbangi sepinya pembelian offline.

Advertisement

Padahal, dulu Retno pesimistis bisa laku jualan, apalagi jadwalnya hanya malam hari. Namun, justru itu menJadi berkah bagi mereka. Mengingat, tak banyak warung yang masih buka saat malam hari.

Selain menggunakan aplikasi tersebut, Retno dan suami juga rajin pasang promosi jualan di status WhatApp maupun Instagram.

“Kebetulan suami saya memang senang dengan yang berbau digital, lalu dia daftarkan di Grab, Gojek, atau Shopee. Setelah itu malah pembelinya banyak, tak hanya yang dekat lapangan,” terangnya saat diwawancara.

Pemanfaatan digital yang lainnya yakni penggunaan aplikasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk pembayaran. Lapak mereka melayani pembayaran QRIS BRI melalui aplikasi BRImo atau yang lainnya.

Adanya QRIS BRI juga membantu mereka menggaet pembeli. Mayoritas langganannya adalah mahasiswa kampus swasta terdekat. Hal itu dikarenakan mereka mulai jarang menggunakan transaksi tunai.

“Mahasiswa cukup banyak mbak. Kalau beli memang lebih banyak pakai QRIS. Tapi ada juga yang tunai,” terangnya.

Retno tak menyangka jualannya bisa bertahan hingga tiga tahun. Perempuan asli Wonosobo ini awalnya bekerja di Malang.

Ia dan suami kemudian terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) saat pandemi Covid 19 beberapa tahun lalu.

Saat itu Retno mulai berpikir untuk buka usaha. Ia kemudian ditawari jualan mi ayam oleh sang mertua yang kebetulan dulu pernah jualan mi ayam. “Saya diajari masak sampai menghidangkan,” kata dia lagi.

Retno kemudian mulai mencoba jualan mi ayam di dekat Lapangan Baturan. Kala itu dia juga mengajukan pinjaman permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (BRI). Total pinjaman sekitar Rp5 juta yang digunakan untuk membeli gerobak.

“Sekarang ya Alhamdulillah. Lebih milih usaha kalau dibandingan bekerja ikut Perusahaan orang lain,” kata dia.

Saat ditanya soal omzet, Retno, enggan menjawab. Namun yang pasti, setiap hari mereka menghabiskan daging hingga 4 kilogram. Saat weekend, jumlahnya bertambah.

Salah satu pembeli, Ery Mulvery, mengatakan mi ayam buatan Retno cukup enak. Apalagi harganya relatif murah. Kelengkapan topingnya juga dipuji.

Berdasarkan daftar menu yang dipasang di gerobak, harga paling murah yakni mi ayam dan mi bakso sebesar Rp8.000, mi ayam ceker dan mi bakso ceker Rp12.000, sedangkan termahal yakni mi ayam brutal sebesar Rp20.000.

Pengguna BRImo terus Tumbuh

Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono, Rabu (20/3/2024), melalui wawancara tertulis dengan wartawan menjelaskan pihaknya memang terus melakukan peningkatan layanan digital, termasuk melalui BRImo.

Menurutnya, jumlah penggunaan BRImo terus tumbuh. Di lingkup BRI RO Yogyakarta, jumlah user BRImo pada 2023 mencapai 2,006 juta.

Sementara, mulai Februari 2024, jumlah user BRImo mencapai 2,261 atau mengalami peningkatan sebesar 12,7%.
John menambahkan, dalam memberikan pelayanan terbaik, PT BRI terus fokus pada customer experience.

Salah satunya dalam memenuhi kebutuhan global nasabah, dengan bentuk layanan pembayaran di luar negeri atau QRIS cross-border.

Pada tahap awal, layanan QRIS cross-border dari Super App BRImo dapat digunakan untuk bertransaksi di negara Singapura.

Nasabah cukup menggunakan BRImo dengan fitur QRIS untuk melakukan pembayaran di merchant yang tersedia yakni Singapore Quick Response Code atau SGQR.

“Nantinya, nominal transaksi yang dilakukan langsung dikonversi menggunakan nilai tukar BRI yang kompetitif,” tambah John.

Di sisi lain, jumlah merchant yang menggunakan EDC BRI maupun QRIS di wilayahnya juga terus meningkat setiap tahun.

Pada 2022 silam sebanyak 9.282 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant telah menggunakan alat transaksi QRIS BRI.

Selanjutnya, pada 2023 sebanyak 10.296 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 245.053 merchant telah menggunakan alat QRIS.

“Sementara pada Februari sendiri, jumlah UMKM pengguna EDC BRI telah mencapai 11.309 UMKM dan pengguna QRIS sebanyak 264.456 UMKM,” terangnya.

Terdapat berbagai macam kategori UMKM yang telah bekerja sama dengan BRI dalam penggunaan alat transaksi EDC dan QRIS BRI.

Mereka di meliputi kategori groceries sebanyak 55,22%, food and beverage 14,30%, fashion 3,28%, health 1,51%, hobbies and entertainment 1,56%, serta segmen lain sebanyak 23,35%.

BRI RO Yogyakarta memiliki nilai transaksi UMKM yang cukup tinggi dan menunjukkan signifikansi peningkatan setiap tahunnya.

Volume transaki EDC pada 2022 misalnya, mencapai Rp2,9 triliun dan mengalami peningkatan menjadi Rp3,7 triliun pada 2023.
Sementara itu, transaksi QRIS pada 2022 sebesar Rp 315 juta dan ditutup dengan peningkatan hingga Rp1,7 triliun pada 2023.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif