Jatim
Senin, 20 Mei 2024 - 14:20 WIB

Belajar Keberagaman dalam Festival Rujak Uleg di Surabaya

Redaksi Solopos.com  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Festival Rujak Uleg 2024 di Kota Surabaya, Minggu (19/5/2024). (Istimewa/Surabaya.go.id)

Solopos.com, SURABAYA – Ratusan porsi rujak uleg disajikan dalam Festival Rujak Uleg 2024 di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/5/2024). Kemudian ratusan porsi rujak uleg itu dibagikan kepada ribuan pengunjung yang memadati acara tersebut.

Antusiasme masyarakat yang mendatangi acara festival tersebut tidak pernah surut. Setiap tahun, ribuan orang memadati untuk mengikuti Festival Rujak Uleg untuk memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS).

Advertisement

Dalam Festival Rujak Uleg 2024 mengambil tema The History of Rujak Cingur. Menariknya dari festival tahun ini adalah juga dihadirkan penampilan teatrikal bertema Pasar Suroboyo hingga fashion show busana akulturasi budaya Surabaya.

Dalam fashion show tersebut ada sekitar 128 peserta yang mengikuti. Peserta dari masing-masing jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Surabaya itu masing-masing memperagakan busana Surabaya European Style,  Surabaya Oriental Looks, Surabaya Ampel’s Fusion, dan Surabaya Local Pride.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan dipilihnya tema The History of Rujak Cingur dalam Festival Rujak Uleg 2024 itu karena rujak uleg merupakan simbol dari rasa kebersamaan, toleransi, persatuan, kesatuan, dan gotong royong warga Surabaya.

Advertisement

“Tadi kan disampaikan bagaiaman cerita teatrikal sedikit, Surabaya diduduki Belanda. Ketika itu, Belanda meminta agar warga pindah dari Kota Surabaya untuk dikuasai. Tetapi, bagaimana warga Surabaya menjadi satu kesatuan mengusir Belanda, itu dituangkan di dalam rujak uleg,” kata Eri yang dikutip dari Surabaya.go.id.

Eri menuturkan rujak uleg diibaratkan sebagai Kota Surabaya yang di dalamnya terdapat berbagai suku, agama, serta lapisan masyarakat menjadi satu bagian.

“Seperti rujak uleg, tanpa ada cingur, maka tidak akan terasa. Tanpa ada petis juga akan hamabr. Maka dari itu, Surabay tanpa ada agama Kristen maka terasa hamabr, tanpa ada agama Islam juga tidak akan terasa, tanapa ada agama Buddha juga tidak akan terasa. Begitu pula tanpa ada suku, Tionghoa, Jawa, Madura, semuanya tidak akan terasa, maka itulah Surabaya dibangun atas nama kebersamaan seperti rujak uleg,” jelasnya.

Advertisement

Dalam Festival Rujak Uleg tahun ini menyajikan 731 porsi rujak uleg. Jumlah porsi rujak uleg yang disuguhkan kepada masyarakat kali ini disesuaikan dengan angka peringatan hari jadi ke-731 Kota Surabaya. Selain itu, ada 800 porsi rujak uleg yang disajikan dan dibagikan oleh 432 peserta festival kepada ribuan pengunjung.

Ia berharap warga Surabaya tetap menjaga rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang telah dibangun saat ini. Saat ini, Surabaya masih belum merdeka dari kemiskinan, stunting, hingga putus sekolah.

“Maka dari itu kita membutuhkan kekuatan kebersamaan seperti filosofi Rujak Uleg, menjadi satu bagian besar dan membentuk Kampung Madani, kampung yang beradab untuk mewujudkan kesejahteraan warga Surabaya,” harapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif