Soloraya
Sabtu, 18 Mei 2024 - 16:45 WIB

Kisah Perajin Batu Akik Sangiran Sragen Berburu Bahan Baku Sampai Luar Daerah

Redaksi Solopos.com  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin batu akik Sangiran, Kalijambe, Sragen, Putut Ari Wibowo, memamerkan produk batu akiknya saat ada kunjungan pejabat dari Sragen, belum lama ini. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN-Bisnis batu akik bagi pengrajin batu di Sangiran, Kalijambe, Sragen, tak pernah ada matinya. Selama masih ada bahan maka prospek pasar batu akik masih terus ada. Bahkan harga batu akik itu seperti harga burung semakin sering juara kontes maka harganya semakin melambung tinggi.

Bisnis batu akik itu terus ditekuni Putut Ari Wibowo, salah satu perajin batu akik asal Krikilan, Kalijambe, Sragen, dengan brand PAS Gemstones. Saat berbincang dengan Solopos.com, beberapa waktu lalu di Sangiran, Putut mengaku menekuni bisnis bebatuan eksotis ini berawal dari hobi sejak 2014.

Advertisement

Putut awalnya merantau ke Jakarta. Pada 2014 itu, Putut memutuskan untuk pulang kampung dan mencoba merintis kerajinan batu. Hasil kerajian batunya dipasarkan secara online.

“Saat itu ada teman di Jakarta yang berminat. Pada 2014 itu pula ada kontes batu di Jakarta. Saya mencoba ikut. Sampai sekarang saya selalu ikut kontes batu. Jenis batuannya bervariasi, ada batu gambar, batu bening, hingga batu fenomenal. Bebatuan itu yang sering jadi juara nasional saat kontes,” jelas Putut.

Advertisement

“Saat itu ada teman di Jakarta yang berminat. Pada 2014 itu pula ada kontes batu di Jakarta. Saya mencoba ikut. Sampai sekarang saya selalu ikut kontes batu. Jenis batuannya bervariasi, ada batu gambar, batu bening, hingga batu fenomenal. Bebatuan itu yang sering jadi juara nasional saat kontes,” jelas Putut.

Putut menyebut varian gambar batu akik saja ada 150 macam dan kelas. Putut memiliki semua varian itu. Bahkan koleksi Putut ada yang juara terus lebih dari 20 kali. Batu bergambar dengan juara puluhan kali itu sempat ditawar orang Rp35 juta-Rp50 juta tetapi Putut belum melepasnya.

Perajin batu akik Sragen ini pernah memiliki pengalaman batu miliknya menang juara III dalam kontes dan dijual dengan harga Rp7,5 juta. Akhirnya batu itu diikutkan kontes lagi dan menang juara I. Dia mengungkapkan saat itu harganya sudah di atas Rp150 juta.

Advertisement

Batu fenomena itu, ujar dia, juga eksotis karena memiliki fenomena dua warna. Batu bening yang pernah juara I dalam kontes, kata dia, pernah ditawar Rp20 juta. “Ya, harga batu itu seperti harga burung, semakin menang kontes maka semakin mahal harganya. Batu gambar itu kalau belum juara maka harga Rp5 juta itu paling mahal. Paling murah ya Rp500.000-Rp700.000,” jelasnya.

Dia menjelaskan batu gambar itu kelebihannya terletak pada diferensiasinya yang tidak ditemukan pada jenis batuan lainnya. Dia mengatakan batu gambar itu ditemukan karena faktor kebetulan karena bentukan gambarnya terjadi secara alami. Dia pernah menemukan batu bergambar angka 4 setelah itu tidak ditemukan lagi batu bergambar seperti itu.

“Mencari batu gambar selama lima tahun pun belum tentu dapat batu gambar angka 4. Ketika kami menemukan batu dengan tekstur luar yang unik maka bisa berpeluang dapat gambar saat batu itu dibelah. Jadi gambar bagus itu karena untung dan kebetulan,” jelasnya.

Advertisement

Putut menyadari bahan batu memang mulai langka sejak 10 tahun terakhir. Dia mengatakan di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran dilarang adanya eksploitasi alam sehingga kesulitan mencari bahan. Dia mengatakan dulu orang mencari bahan ke sungai-sungai itu sering mendapatkan batu tetapi sekarang tidak ada.

“Sekarang mencari bahan harus dari luar, seperti di Tulungagung itu perajin lokal mencari bahannya dari luar. Semakin langka maka harga batunya semakin mahal,” ujarnya.

Kesulitan cari bahan baku, sebagai perajin batu akik dia mengaku mencari bahan batu gambar itu sampai ke Blitar, Purbalingga, Garut, Pacitan, hingga ke Kebumen. Dia mengatakan seperti di Kebumen itu sampai ditemukan satu gunung giok Jawa.

Advertisement

“Di Sangiran ini banyak pengrajin batu dan mereka bergerak sesuai dengan keahlian masing-masing. Ada yang membuat suvenir, ada membuat kampak, dan seterusnya. Khusus untuk batu akik dalam bursa pasar memang paling tinggi karena ada penggemar dan kolektornya. Pasar awam memang tidak tertarik. Pesanan paling banyak masih dari Jakarta,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif