Kolom
Rabu, 8 Mei 2024 - 09:55 WIB

Listrik Masuk Sawah dan Keseimbangan Lingkungan

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pimpinan PLN bersama Wakil Bup Sragen menghidupkan jaringan listrik masuk sawah di persawahan Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Selasa (30/4/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mendorong listrik masuk ke area persawahan. Upaya ini untuk memasok energi demi modernisasi dan mekanisasi pertanian.

Berdasarkan berbagai pengalaman praktik dalam menggunakan energi untuk proses budi daya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik dibandingkan bahan bakar minyak, gas, sedangkan energi solar cell belum begitu meluas di kalangan petani.

Advertisement

Listrik masuk sawah menjadi salah satu program mempercepat mekanisasi pertanian. Listrik terbukti menjadi sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat.  Program Gerakan Listrik Masuk Sawah kemudian dikembangkan di banyak daerah, termasuk di Kabupaten Sragen.

Program listrik masuk sawah di berbagai wilayah itu mendukung penggunaan ribuan unit sumur submersible dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering, lahan tadah hujan, sehingga bisa bertanam padi tiga kali dalam setahun.

Advertisement

Program listrik masuk sawah di berbagai wilayah itu mendukung penggunaan ribuan unit sumur submersible dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering, lahan tadah hujan, sehingga bisa bertanam padi tiga kali dalam setahun.

Setiap unit sumur submersible bisa melayani pengairan untuk dua hektare hingga 30 hektare sawah dengan biaya pembuatan Rp8 juta hingga Rp150 juta, tergantung jenis dan ukuran pipa serta mesin pompa, kedalaman sumur, dan lainnya.

Listrik masuk sawah jangan sampai disalahgunakan dalam bentuk membuat jebakan tikus. Menggunakan listrik tentu bukan bagian dari gerakan listrik masuk sawah. Hal ini justru harus dihindari karena terbukti mencelakakan banyak orang hingga meninggal dunia.

Advertisement

Perhatian lain harus dicurahkan pada aspek sumber daya air. Pembuatan sumur submersible yang makin masif—karena dukungan program listrik masuk sawah—harus diimbangi dengan pemetaan kawasan tangkapan air dan kelestarian kawasan hulu.

Ini penting agar pembuatan sumur submersible yang makin masif tidak malah merusak sumber daya air yang berujung gangguan atas keseimbangan lingkungan. Penggunaan listrik di sawah kemungkinan akan memunculkan inovasi baru lainnya yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian.

Aspek keseimbangan dan kelestarian lingkungan harus mendapat perhatian serius. Intervensi teknologi pasti memunculkan dampak positif dan negatif. Mitigasi dampak negatif ini yang harus diperhatikan serius.

Advertisement

Perubahan pola penggunaan tanah dan konflik sumber daya air bisa menjadi dampak negatif dari penerapan program ini. Partisipasi dan pelibatan berbagai pihak, terutama komunitas lokal,  menjadi langkah mitigasi dampak negatif.

Mengajak komunitas lokal seperti kelompok petani dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi program harus terus dilakukan.

Perlu kolaborasi para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, PLN, dan organisasi petani serta masyarakat luas untuk mengawal program ini sehingga tidak malah merusak lingkungan. Konservasi sumber daya air dan keseimbangan lingkungan harus menjadi prioritas perhatian.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif