Kolom
Kamis, 9 Mei 2024 - 19:06 WIB

Membaca Buku

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Astrid Prihatini W.D. (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Hari Buku Sedunia diperingati setiap tahun, tiap 23 April, namun buku belum menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia. Masih banyak orang Indonesia belum menyadari manfaat membaca buku.

Pada 2017, UNESCO menyebut Indonesia di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Minat membaca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca.

Advertisement

Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (ke-59) dan di atas Bostwana (ke-61).

Dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Berdasarkan hasil survei terbaru oleh Perpustakaan Nasional, tingkat gemar membaca (TGM) masyarakat Indonesia disebut mulai meningkat.

Survei tingkat kegemaran membaca di Indonesia dilakukan terhadap 11.158 responden yang tersebar di 102 kabupaten/kota. Perhitungan TGM didasari lima aspek, frekuensi membaca per pekan hingga durasi akses Internet untuk bahan bacaan. TGM masyarakat Indonesia sebesar 63,9 pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya.

Advertisement

Artinya makin banyak orang Indonesia yang gemar membaca. TGM pada 2022 sebesar 63,90 (tinggi), meningkat dibanding tahun 2021 yang sebesar 59,52 (sedang), tahun 2020 sebesar 55,74 (sedang), tahun 2019 sebesar 53.48 (sedang), tahun 2018 sebesar 52,92 (sedang), dan tahun 2017 sebesar 36,48 (rendah).

Data ini menunjukkan ada peningkatan TGM masyarakat Indonesia dari 2017 sampai 2022. Angkanya masuk dalam kategori tinggi. Pada beberapa tahun sebelumnya, TGM Indonesia selalu berada di kategori sedang.

Yogyakarta memiliki skor TGM tertinggi secara nasional, yakni 72,29. Posisi berikutnya ditempati Jawa Tengah dengan skor TGM sebesar 70,96. Kemudian, Jawa Barat tercatat sebesar 70,1. DKI Jakarta dengan skor 68,71 dan Jawa Timur dengan skor 68,54.

Sumatra Barat dengan skor 66,87, Kalimantan Timur dengan skor 66,84, Aceh dengan skor 65,85, Banten dan Bali dengan skor masing-masing 65,7 poin dan 65,59 poin. Sedangkan waktu membaca orang Indonesia selama satu jam 37,8 menit per hari.

Advertisement

Masyarakat Indonesia menghabiskan waktu hingga sembilan jam 56 menit untuk membaca setiap pekan. Frekuensi membaca masyarakat Indonesia lima kali per pekan. Masyarakat Indonesia membaca lima bahan bacaan setiap tiga bulan pada 2022.

Meski TGM Indonesia mengalami perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, saya belum melihat perubahan signifikan di masyarakat kita, terutama di kalangan anak-anak. Saya masih sering menemui anak-anak lebih sering main game online atau menonton tayangan di Youtube melalui gadget mereka.

Bagaimana supaya orang dewasa dan anak-anak gemar membaca buku? Tentu harus berawal dari kebiasaan yang ditumbuhkan sejak kecil dari rumah.  Kebiasaan baik itu bisa dimulai dari rumah dan dicontohkan oleh orang tua.

Sejumlah kendala seperti orang tua tidak gemar membaca, faktor ekonomi, mindset, hingga susah mengakses buku masih menjadi penyebab susah menumbuhkan minta membaca buku pada anak. Sebetulnya setiap kendala atau masalah pasti ada solusinya.

Advertisement

Untuk menumbuhkan minat membaca pada anak-anak, orang tua harus memberikan contoh gemar membaca. Tidak perlu ngaya membaca buku-buku setebal bantal atau karya penulis terkenal. Orang tua bisa membaca majalah, koran, tabloid, atau novel-novel ringan.

Yang penting, anak-anak di rumah melihat orang tua membaca buku,  bukan bermain telepon seluler. Kita tidak mungkin mendapatkan anak gemar membaca buku dari orang tua yang tidak pernah membaca buku. Mengubah mindset juga penting.

Pola pikir bahwa buku tidak penting harus diubah menjadi buku penting karena bentuk investasi untuk masa depan anak. Saya ingat masa kecil saya. Ibu saya lebih memprioritaskan membeli buku dibandingkan mengajak anak-anaknya makan enak di restoran atau membelikan mainan dan baju mahal.

Ibu saya selalu membacakan dongeng sebelum anak-anaknya tidur dari buku cerita anak-anak. Ibu juga selalu memberikan hadiah berupa buku, bukan mainan dan baju mahal. Saya menjadi cinta buku dan koleksi buku saya menumpuk.

Advertisement

Faktor ekonomi juga salah satu alasan banyak orang tua di Indonesia tidak membelikan buku bacaan untuk anak-anak mereka. Mereka lebih memilih memberikan handphone karena multifungsi,  bisa sebagai sarana komunikasi sekaligus rekreasi anak.

Hanya bermodal Rp5.000 untuk paket data, anak bisa mengakses aneka hiburan dari Internet. Kendala faktor ekonomi atau ketiadaan dana untuk membeli buku sebetulnya bisa diatasi dengan bergabung menjadi anggota perpustakaan daerah.

Kita bisa membaca di tempat secara gratis. Jika ingin membawa pulang buku-buku bacaan, bisa bergabung menjadi anggota dan gratis. Sulit mengakses buku sebenarnya bukan kendala lagi lantaran saat ini ada layanan perpustakaan keliling, ada perpustakaan daerah, hingga ada perpustakaan sekolah.

Hanya mungkin koleksinya terbatas. Pekerjaan besarnya adalah menyediakan koleksi bacaan berkualitas dan beragam sehingga pembaca tidak bosan. Ketika anak-anak dibiasakan membaca buku sejak usia dini, mereka tidak akan pernah merasa bosan di rumah.

Mereka tidak akan pernah punya waktu untuk emosi negatif apa pun. Banyak bukti bahwa anak-anak yang paham pentingnya membaca berperilaku dan berpikir lebih baik pada berbagai kegiatan sekolah mereka.

Komunikasi mereka juga lancar karena kosakata yang banyak. Saat seorang anak tumbuh dewasa, peran membaca terus ada. Buku akan membantu mereka menjadi pembicara yang lebih baik dan kemampuan menulis meningkat.

Advertisement

Menurut penelitian, seseorang yang rutin membaca buku akan mengalami penurunan fungsi kognitif 32% lebih lambat dibandingkan orang yang tidak membaca buku. Jadi, mari kita jadikan membaca buku sebagai kebiasaan di keluarga dan bagian gaya hidup. Anggap saja sebagai senam otak. Selamat bersenang-senang dengan buku!

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 7 Mei 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif