Bisnis
Rabu, 1 Mei 2024 - 20:02 WIB

Menjawab Tantangan UKM dengan Mengoptimalkan Penjualan Produk

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Umum ID SEED Indonesia Diaspora SME Export Development, Ira Damayanti (dua dari kiri); CEO Super Roti, Ismiyati (dua dari kanan) dan CEO Sipetek, Aang Permana (kiri) menjadi pembicara dalam Bincang Wirausaha Nasional, yang digelar PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), melalui program pemberdayaan UMKM, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), di bawah payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia". Acara tersebut digelar di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Selasa (30/4/2024).(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, JAKARTA – Penjualan disebut menjadi salah satu persoalan utama dalam pengembangan UKM di dalam negeri. Terkadang pelaku UKM masih terfokus dalam hal produksi, namun tidak kuat dalam hal penjualan.

Untuk itu perlu dilakukan penguatan penjualan produk UKM, salah satunya melalui jejaring dan komunitas. Pada kegiatan Bincang Wirausaha Nasional, yang digelar PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), melalui program pemberdayaan UMKM, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), di bawah payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia”, mengupas mengenai hal tersebut.

Advertisement

Ada beberapa pembicara yang terlibat, di antaranya adalah Ketua Umum ID SEED Indonesia Diaspora SME Export Development, Ira Damayanti; CEO Super Roti, Ismiyati; CEO Sipetek, Aang Permana dan Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan dan Daerah Terluar, Billy Mambrasar. Menurut Aang, secara umum persoalan besar yang dihadapi pelaku UMKM di dalam negeri adalah terkait penjualan produk.

Dalam paparannya, dia menyampaikan pentingnya melakukan inovasi dalam memperluas jejaring. Di era digital saat ini memperluas jejaring, termasuk promosi produk juga dapat dilakukan secara digital, misalnya melalui media sosial. Dia juga mengatakan untuk mengoptimalkan penjualan produk, perlu dilakukan penyesuaian melalui pemasaran digital.

Dengan pola tersebut, selain bisa menghemat biaya promosi juga bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Dia pun menceritakan tentang tantangan pemasaran yang dia hadapi sejak awal merintis usaha. Setelah menyelesaikan tantangan di sisi produksi, tantangan berikutnya yang muncul yakni dalam hal memasarkan produk. Sebab saat itu jualan dari rumah ke rumah tidak laku, ke toko oleh-oleh juga tidak banyak yang mau.

Advertisement

“Akhirnya banyak yang memberi tahu untuk dijual secara online. Dari situ kami belajar jualan online, belajar sosial media, marketplace dan lainnya. Akhirnya kani juga mulai kembangkan konten di sosial media, kita bangun sistem reseller yang awalnya satu, dua, kini kami punya 20.000 mitra reseller seluruh Indonesia,” kata dia.

Menurutnya, tantangan penjualan lebih penting untuk diprioritaskan penyelesaiannya dibandingkan persoalan permodalan. Sebab ketika pelaku usaha sudah bisa menjual produknya, seberapapun modal yang dibutuhkan, akan banyak pihak yang siap membantu, sebab produk yang dimiliki memiliki daya jual tinggi.

“Maka yang harus digeber untuk UKM adalah bantu agar bisa jualan,” kata dia.

Manfaat kolaborasi dan membangun jejaring juga dirasakan oleh Super Roti, asal Semarang. Menurut Ismiyati, di awal merintis usahanya, dia pernah memiliki masalah dalam hal sumber daya manusia (SDM).Sebab saat itu semua karyawannya berpindah ke pabrik roti lain.

Advertisement

“Kemudian saya kolaborasi dengan SMK-SMK, mengajar di sana jadi guru tamu untuk guru dan muridnya, jadi motivator untuk guru dan murid, jadi tempat magang dan lainnya,” kata dia.

Hasilnya, saat ini dia sudah tidak khawatir mengenai masalah SDM. Meskipun karyawannya keluar, dia sudah bisa dengan cepat mencari penggantinya.

“Sebab saya juga sudah tahu kualitas mereka [SDM dari SMK] seperti apa,” lanjut Ismiyati.

Sementara dalam memasarkan produk, menurutnya jangan menganggap produk sendiri yang paling enak. Sebab hal itu sangat ditentukan oleh pasar.

Advertisement

Untuk itu sangat penting melakukan inovasi dan melakukan riset untuk mengetahui kebutuhan pasar, isalnya saja roti bekatul yang dikembangkannya, ketika dijual di Semarang tidak begitu gencar. Namun kondisi berbeda muncul ketika produk tersebut dipasarkan di kota lain seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Bali, dimana produknga laku di kota-kota tersebut.

Bahkan sejak 2019 dia juga telah merambah pasar di negara lain. Saat ini produk Super Roti juga dipasarkan di Singapura dan Belanda. Sebelumnya juga sempat dipasarkan di Belgia dan Dubai.

Mengenal Produk

Di sisi lain, Ira Damayanti menilai pentingnya para pelaku usaha untuk lebih mengenali produknya guna memudahkan dalam menargetkan pasar.

“Kami memiliki jejaring dari para perantau yang tinggal di negara lain. Kami memang concern mengenai produk-produk lokal apa yang bisa diangkat di luar negeri. Bersama Sampoerna ini ayo kita sama-sama agar bagaimana produk Indonesia bisa masuk lebih kencang di negara-negara luar. Tapi kembali saya tekankan, know your product, know your market.

Advertisement

Jadi tidak semua produk cocok untuk ekspor,” kata dia pada acara yang digelar di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Selasa (30/4/2024) itu.

Ketika memiliki produk yang sudah sangat laku di pasar dalam negeri, tidak ada salahnya untuk dioptimalkan, tanpa harus menjangkau pasar luar negeri yang belum tentu menerima.

Menurutnya setiap negara punya kebutuhan, tren dan regulasi masing-masing terhadap suatu produk. Terlebih produk dari negara lain. Untuk itu jika ingin memasukkan produk ke suatu negara, perlu melakukan riset terlebih dulu mengenai kesukaan pasar, tren pasar dan regulasi yang ada di suatu negara yang akan dituju.

Terkadang ketika suatu produk sangat laku di pasar dalam negeri, belum tentu laku di luar negeri. Ketika laku di luar negeri, misalnya di pasar Asia, belum tentu bisa diterima di pasar Amerika maupun Eropa, dan sebaliknya.

Sementara Billy Mambrasar, yang bergabung dalam acara itu secara daring, mengatakan jika banyak produk dalam negeri di Indonesia yang diminati masyarakat luar negeri. Misalnya saja untuk produk tekstil, garmen, dan berbagai produk berbahan kertas, banyak diminati pasar Arizona.

Berdasarkan hasil diskusi yang dia lakukan dengan sejumlah anggota parlemen di Arizona, Billy mengatakan jika pemasok barang-barang tersebut bukan merupakan pelaku usaha besaf, namun lebih ke UKM yang naik kelas.

Advertisement

“Saat ini saya sedang berada di Amerika Serikat. Kami sedang melakukan diskusi dengan anggota parlemen di Arizona, salah satu provinsi di Amerika Serikat yang tertarik sekali untuk melakukan investasi langsung ke UMKM-UMKM [di Indonesia] yang bisa mengekspor kebutuhan Amerika,” kata dia.

Lebih lanjut dia mengatakan saat ini sektor UMKM menjadi sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Bahkan kontribusi sektor UMKM cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Untuk itu program pendampingan kepada UMKM sangat penting dilakukan. Sayangnya, lanjut dia, saat ini masih ada kesenjangan dalam mengakses pelatihan maupun permodalan bagi pelaku UMKM khususnya di daerah-daerah.

“Kami atas nama pemerintah juga menyambut baik langkah Sampoerna untuk mendukung program pemerintah mendorong pertumbuhan UMKM,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif