Kolom
Kamis, 2 Mei 2024 - 09:55 WIB

Keraton Solo Bermanfaat bagi Publik

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah penari membawakan tari klasik Srimpi Sangupati saat dipentaskan di Bangsal Smarakata Keraton Solo, Senin (29/4/2024) malam. (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo kini menjadi salah satu ikon wisata Kota Solo. Keraton yang didirikan oleh Paku Buwono (PB) II pada abad ke-18 itu adalah warisan trah Kerajaan Mataram Islam yang diteruskan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Keraton yang dulu merupakan episentrum kekuasaan sekaligus menjadi tempat tinggal para raja dan keluarga mereka kemudian kini menjadi objek wisata. Ini bukan hanya terjadi di Kasunanan Surakarta atau Kasultanan Yogyakarta, namun nyaris dialami semua istana tinggalan kerajaan di Nusantara.

Advertisement

Keraton-keraton yang didirikan ratusan tahun lalu kini difungsikan sebagai tempat wisata, selain tetap berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. Pengageng Parentah Keraton Solo G.P.H. Dipokusumo dalam jagongan budaya pekan lalu mengemukakan catatan penting tentang posisi Keraton Solo di tengah industri pariwisata.

Ia menyebut Keraton Solo sebagai objek wisata jangan sampai menghilangkan muruah sebagai situs kebudayaan yang hidup. Dalam konteks sekarang, muruah keraton yang harus dijaga adalah eksistensi sebagai simpul sejarah peradaban sekaligus sebagai simpul kebudayaan Jawa.

Posisi demikian inilah yang disebut sebagai situs kebudayaan yang hidup. Keraton dikelola oleh warga keraton bersama para abdi dalem. Di dalamnya ada tata sosial dengan aturan yang bersumber dari eksistensi keraton sejak awal muda dibangun.

Advertisement

Tata sosial itu yang pada masa kini semestinya menjadi bagian penting dari simpul budaya Jawa yang mesti berdialektika dengan kemajuan zaman. Menjadikan keraton sebagai objek wisata harus dimaknai sebagai ikhtiar menjadikan simpul sejarah dan kebudayaan berbasis keraton dikenal masyarakat luas.

Tentu saja menjadikan keraton sebagai objek wisata tidak berarti menjadikan seluruh bangunan keraton dan ruang-ruangnya bebas dikunjungi asalkan membayar. Dalam konteks ini keraton bisa menampilkan kekayaan budaya di hadapan pengunjung sebagai simpul mengenalkan kekayaan sosial dan budaya keraton.

Ini bukan berarti menafikan keraton sebagai salah satu objek wisata. Keraton tetap dijaga sebagai kawasan yang harus bermanfaat bagi publik karena inilah pemaknaan penting dan mendasar dari eksistensi keraton pada masa kini.

Advertisement

”Mengeluarkan” dan mengaktulkan kekayaan budaya dan tata sosial keraton akan menjadikan keraton bermanfaat besar bagi pembangunan peradaban di Kota Solo dan secara lebih luas bagi bangsa ini.

Aneka kursus atau pamulangan tentang kebudayaan Jawa, tentang nilai-nilai kejawaan, tentang bahasa Jawa, tentang sastra Jawa yang berbasis di keraton layak dihidupkan lagi.

Kelas-kelas kursus itu harus dibuka untuk siapa saja yang berminat. Penentuan tarif kepada peserta layak asalkan ada keselarasan antara pembayaran, sistem pembelajaran, dan yang akan diperoleh oleh peserta.

Ini ikhtiar yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Keluarga keraton jelas tak bisa bekerja sendirian. Kolaborasi menjadi pilihan terbaik. Pariwisata hanyalah satau jalan, bukan jalan satu-satunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif