News
Senin, 13 Mei 2024 - 19:58 WIB

Nasi Bungkus Indonesia Sita Perhatian Warga Sydney

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney, Vedi Kurnia Buana (kanan) berfoto bersama Konjen Australia di Surabaya, Fiona Hoggart dan pengusaha Garam Merica. (Solopos/Rini Yustiningsih)

Solopos.com, SYDNEY — Australia Government Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia melalui Konsulat Jenderal (Konjen) di Surabaya mengundang lima pemimpin media di Jawa Timur dan Jawa Tengah, salah satunya Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih, melakukan media visit ke Perth, Sydney dan Melbourne pada 24 April-4 Mei 2024. Berikut laporannya.

Sugiarto Wijaya Wijono (kiri) dan Antonius Auwyang berfoto bersama di Garam Merica, Sydney, Senin (29/4/2024). (Solopos/Rini Yustiningsih)

Advertisement

Sydney berangin, suhu berkisar 8 derajat celcius pada pagi hari dan 17 derajat celcius pada siang hari, Senin (29/4/2024). Jalanan St Pitt Sydney merupakan salah satu kawasan sentral bisnis di jantung Sydney negara bagian New South Wales (NSW), Australia.

Gedung tinggi menjulang, perkantoran pemerintahan negara bagian NSW, perkantoran perusahaan swasta, jalanan padat oleh pejalan kaki menjadi keseharian St Pitt.

Lima meter dari pintu masuk pusat belanja Wesley Mission Building terdapat restoran Garam Merica.

Advertisement

Restoran ini baru didirikan satu tahun lalu, sekitar pertengahan 2023 lalu.

Pendirinya duo pengusaha ulet Indonesia, Sugiarto Wijaya Wijono biasa disapa Pak Sugi dan Antonius Auwyang, sapaan akrabnya Pak Anton.

Sugi ini orang Surabaya, dikenal sebagai pengusaha muda yang bergerak di industri makanan kemasan. Dia masih sering bolak-balik ke Sydney-Surabaya untuk urusan bisnis. Sementara Anton ini sudah 26 tahun menetap di Australia dan menjadi warga negara Australia.

Anton seorang importir, mendatangkan produk-produk makanan dan minuman bikinan Indonesia ke Australia. Beberapa produk yang dia kelola seperti Teh Kotak, Hydrococo, Teh Botol dan lainnya, yang tentu saja kemasan produk-produk ini di-make over  agar bisa diterima oleh warga dunia, termasuk Australia.

Advertisement

Isi nasi bungkus di Garam Merica Sydney. (Solopos/Rini Yustiningsih(

“Darah saya, hati saya, perasaan saya masih Indonesia. Saya sangat cinta Indonesia,” ujar Anton berseloroh menjelaskan alasan dia membranding produk-produk Indonesia di Australia. Itulah makanya dia masih wira-wiri Jakarta-Sydney untuk urusan bisnis.

Garam Merica merupakan restoran yang menyajikan masakan Nusantara. Yang menarik di resto ini menjajakan kuliner khas dari berbagai wilayah Indonesia.

Dari mulai Sumatra, Betawi, Sunda, Jawa, Sulawesi, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur. Dari mulai bakwan, gorengan, rendang hingga ikan kuah asam khas Kupang. Harga yang dibanderol mulai 10 dolar Australia hingga 28 dolar Australia (AUS$1 senilai Rp10.500 kurs 29 April 2024).

Advertisement

Yang menarik, masakan tersebut dikemas dengan cara dibungkus, mereka mengenalkan nasi bungkus. “Orang Australia ini susah menyebut “nasi bungkus”, mereka menyebutkan ‘nasi bangkas’,” lanjut Anton.

Meja layanan di Garam Merica dengan berbagai menu khas Nusantara. (Solopos/Rini Yustiningsih)

Mereka bisa menikmati Nasi Bungkus di tempat atau bisa juga dibawa pulang alias take away. Hari itu Espos memesan ayam bakar. Ternyata sebungkus nasi itu, tidak hanya terdiri dari sepotong ayam bakar.

Namun terdiri atas, sambal goreng kentang, dua potong daging rendang, sepotong paha ayam ukuran besar, tahu goreng, tempe goreng. Porsi jumbo! Kalau di Indonesia porsi tersebut biasanya untuk dua orang.

Advertisement

“Porsi orang Australia memang banyak, karena keseharian mereka jalan kaki, jadi makan banyak butuh energi besar, hahaha,” kelakar Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia, Glenn Novera Sitera yang siang itu ikut berdikusi di Garam Merica Resto.

Makanan itu diletakkan di daun pisang, lalu dibungkus dengan kertas minyak. Seperti halnya di Indonesia, nasi bungkus tersebut dilipat dan diberi karet. Sugi bercerita alasan dia memilih nasi bungkus.

Baginya nasi bungkus merupakan cara pengemasan khas yang hanya ada di Indonesia. Mau masakan Padang, warteg (warung tegal), masakan Sudan atau lainnya, pengemasannya di Indonesia dengan cara dibungkus.

“Itulah kenapa kami tidak memilih buka resto nasi padang atau warteg. Tapi nasi bungkus, karena ini khas Indonesia banget. Apapun menu Nusantara ya pakai nasi bungkus,” ujar pria berambut cepak itu.

Masakan Nusantara

Setahun lalu sejak membuka resto nasi bungkus ini, Sugi menyebut penuh perjuangan. Berbagai promosi dia lakukan, mulai dari memanfaatkan media sosial di akun Instagram @garammericasydney hingga jaringan kolega dan pertemanan dari mulut ke mulut.

Advertisement

Koki restonya, ia datangkan langsung dari Indonesia yang tak lain merupakan sahabatnya sendiri. Karyawannya juga orang Indonesia.

Nasi bungkus di Garam Merica Resto Sydney (Solopos/Rini Y)

Alhasil kini nasi bungkus telah dikenalkan di Sydney. Pelanggan resto mereka tidak hanya orang Indonesia yang ada di Australia, tapi juga dari Malaysia, Thailand, Timur Tengah hingga banyak pula orang Australia. Dalam sehari bisa ratusan nasi bungkus terjual. Garam Merica beroperasi setiap hari pukul 12.00 hingga pukul 21.00 waktu setempat.

“Ini semacam gerakan ya mengenalkan Indonesia lewat nasi bungkus di jantung Sydney. Kalau ingin menginternasionalkan produk-produkn Indonesia ya memang harus dipikirkan dari mulai konsep kemasan hingga brandingnya,” kata Anton sambil menjelaskan alasan memilih kawasan St Pitt karena merupakan sentra bisnis dan banyak warga dari berbagai penjuru yang berdatangan.

Semua bahan-bahan kuliner Nusantara itu, lanjut Sugi, didatangkan dari Indonesia, jika di Australia tidak ada. Seperti kluwek rempah khas Indonesia untuk bahan rawon (orang Australia menyebutnya black soup). Sementara untuk daun pisang didatangkan dari Thailand. Ini karena daun pisang Indonesia lebih mahal dibanding Thailand.

Sejumlah tokoh-tokoh penting Indonesia yang datang ke Sydney, baik para menteri maupun kalangan artis pernah ke Garam Merica.

“Ini yang harus terus didorong. Orang Indonesia agar sukses di Australia, sambil mengenalkan kekhasan Indonesia,” ujar Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney, Vedi Kurnia Buana.

Gerakan nasi bungkus yang dilakukan Sugi dan Anton, merupakan langkah kecil untuk mengIndonesiakan Sydney, mengenalkan budaya Indonesia.  “Kita harus fight di negara orang lain, untuk membawa Indonesia ke next level,” pungkas Sugi.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif