Bertubuh kekar dan dihiasi banyak tato menjadikan penampilan Djoned Kusumo Widiyanto terlihat sangar. Tapi, di balik penampilannya yang garang, Djoned merupakan pribadi yang unik, baik dan sangat bersahabat.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Soal alasannya menato tubuh, ia mengaku sangat mencintai seni ukir tubuh itu sejak remaja tepatnya pada 1975. Menurutnya, tato merupakan seni dan bagian dari simbol lelaki sejati yang menunjukkan kegagahan. Begitu juga dengan alasannya menggandrungi motor Harley Davidson karena ia menilai motor itu merupakan bagian dari jiwanya sebagai laki-laki sejati.
Sebagai laki-laki sejati, Djoned berprinsip selagi benar, ia tidak takut ketika menghadapi siapa pun. Tapi ketika salah, ia akan meminta maaf bahkan terhadap anak kecil sekali pun.
“Bakat nakal saya sudah ada sejak orok tapi nakal yang positif. Walau penampilan saya begini, saya tidak pernah menipu, merugikan orang, berbohong, apalagi menyakiti orang. Sebisa mungkin saya justru harus membantu umat,” katanya kepada Espos, Jumat (13/7).
Soal hidupnya yang dinilai tidak pernah susah, Djoned menampik anggapan itu. Sebagaimana orang lain, ia juga pernah mengalami masa sulit dan hidup prihatin seperti ketika masih tinggal bersama pamannya di Surabaya.
Demi mendapatkan uang dari hasil jerih payahnya, ketika remaja Djoned pernah merintis usaha sebagai promotor balap rally, promotor tinju dan promotor musik bersama Log Zhelebour di Surabaya. Usaha itu ia tinggalkan setelah dilanda kebosanan.
Rasa bosan pula yang membuat ia memilih meninggalkan usaha pembuatan boneka dan menyerahkan pabriknya di Sukabumi kepada orang lain. Kini, selain menekuni bisnis perhotelan, pengusaha yang hobi bersepeda ini adalah distributor Indonesia yang memegang lisensi lampu GE dari Amerika Serikat.
Di atas segala kesuksesan yang mengiringi hidupnya, Djoned sangat mempercayai kekuatan doa. Setiap malam ia selalu mengaji Alquran minimal satu juz bersama karyawan hotelnya. Baginya, doa merupakan kebutuhan manusia sekaligus sebagai penyeimbang. Selain mendoakan diri dan keluarganya, Djoned juga selalu mendoakan teman dan juga karyawannya.
“Manusia itu dipenuhi unsur negatif, karena itu harus dinetralkan dengan cara diimbangi doa dan ibadah. Saya tahu kelemahan diri dan tahu bagaimana menyiasati kelemahan itu agar menjadi yang terbaik. Saya ingin selalu dapat diterima masyarakat,” tegasnya.