SOLOPOS.COM - Salah satu petani mempraktikkan penggunaan teknologi tepat guna tanam benih langsung (tabela) di area persawahan Karang Malang, Sragen, Selasa (7/5/2013). (Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS)


Salah satu petani mempraktikkan penggunaan teknologi tepat guna tanam benih langsung (tabela) di area persawahan Karang Malang, Sragen, Selasa (7/5/2013). (Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS)

SRAGEN--Petani padi di Sragen kembali dikenalkan dengan inovasi sistem tanam benih langsung (tabela).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Inovasi tabela dengan memanfaatkan teknologi tepat guna ini tergolong praktis dan mudah. Benih padi tak lagi ditanam oleh perorangan, melainkan menggunakan alat tanam manual yang hanya membutuhkan sekitar tiga orang untuk satu hektar sawah dalam waktu sehari. Alhasil, minimnya buruh tanam bisa disiasati dengan tabula buatan ini.

Anggota penyuluhan Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh) Budi Harjo, di sela-sela acara Bayer Rice Show di Lapangan Kelurahan Pelem Gadung, Karangmalang, Sragen, Selasa (7/5/2013), mengatakan inovasi tabela yang ditawarkan pihak swasta, yaitu Bayer, ini terbilang cerdas. Dengan menggunakan alat tanam itu masyarakat bisa menghemat biaya hingga 20% dari biasanya dan mempercepat waktu panen.

Biaya tanam yang biasanya sekitar Rp300.000, menurut Budi, bisa diminimalkan dengan memanfaatkan penggunaan alat tanam manual yang salah satu produsennya PT Bayer itu. Jika menggunakan alat manual atau sistem tanam dengan tenaga per orang, membutuhkan sekitar 30 buruh tanam. Sementara, jika menggunakan sistem tabela bisa lebih menghemat tenaga karena hanya membutuhkan sekitar tiga orang per hektare.

Hasil Panen Meningkat

Inovasi tabela ini menurut Budi juga sebagai solusi minimya buruh tanam yang akhir-akhir ini terjadi di sekitar wilayah Sragen. Padahal keberadaan buruh tanam ini sangat penting untuk kelangsungan tanaman padi para petani. Sementara, jika buruh tanamnya tak ada, jadwal pertanian bisa kacau dan tak maksimal.

Pemerintah Kabupaten sendiri, menurut Budi, sudah mensosialisasikan penggunaan inovasi tabela sejak beberapa bulan lalu. Namun, minimnya alat dan pengetahuan masyarakat, membuat program tabela tak maksimal.

“Tapi syaratnya tetap ada. Pengaturan keluar masuk air haruslah jelas dan teratur,” tegasnya.

Lebih lanjut, tanaman padi dengan sistem tabela ini biasanya lebih kuat dibandingkan dengan sistem penanaman manual. Pasalnya, bibit padi tak dipindah tanam, sehingga batangnya akan lebih kokoh dan tak gampang terserang hama seperti wereng atau potong leher. Sementara, hasil panen bisa meningkat sekitar 15 persen dibandingkan sistem tanam biasa, pasalnya, tanaman biasanya lebih subur.

Salah satu panitia Bayer Rice Show yang juga berprofesi sebagai petani, Saelan Shinoyama, Selasa, menjelaskan ia pernah menanam padi dengan inovasi tabela. Hasilnya memang tak mengecewakan. Hasil panennya meningkat hingga 20% dibandingkan sistem tanam biasa.

“Hasilnya bagus, kami bisa menghemat biaya pemberantas wereng karena padi dengan sistem ini lebih kuat dari biasanya,” tegas Saelan.

Company Executive (CO) PT Bayer, Agus Joko Suryanto, menambahkan sosialisasi penggunaan tabela buatan ini tak hanya digelar di Sragen. Beberapa bulan lalu ia pernah mengadakan acara serupa di sejumlah daerah seperti Klaten, Kediri, Boyolali dan Demak sudah lebih dulu diadakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya