SOLOPOS.COM - Taat Pribadi (baju ungu) saat ditangkap polisi 22 September 2016 (Youtube)

Taat Pribadi ditangkap polisi terkait kasus pembunuhan dua satrinya.

Solopos.com, SOLO — Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang mengklaim bergelar Sri Raja Prabu Rajasa Negara Dimas Kanjeng Taat Pribadi  ditangkap polisi terkait kasus pembunuhan dua santrinya yakni Ismail dan Abdul Gani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Polisi juga mengembangkan kasus Dimas Kanjeng ke penipuan. Setoran dari 3.600 santri Ismail ke Kanjeng Dimas Taat Pribadi mencapai Rp40 miliar.

Sebagaimana diketahui Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengklaim bisa melakukan penggandaan uang. Di Youtube beredar video yang menunjukkan kemampuan Dimas Kanjeng mendatangkan uang dari tangan dan tubuhnya.

Dalam video juga diperlihatkan uang-uang berpeti-peti dan Rp100.000 an tersebar di lantai.

Istri Ismail, Bibi Resemjen dalam tayangan live Metro TV, Kamis (29/9/2016) pukul 18.00 WIB menyebut nilai fantastis setoran santri-santri di bawah Ismail ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi mencapai Rp40 miliar.

Resemjen menyebut Ismail mempunyai posisi di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo. Ismail bergabung sejak September 2010. “Posisi terakhi Ismail sebelum dibunuh itu Sultan Agung. Sultan Agung itu seperti jabatan tertinggi di Padepokan di bawah Dimas Kanjeng,” ujarnya.

Posisi Sultan Agung membuat Ismail mempunyai santri-santri “pengikut” atau bawahan yang mencapai 3.600 orang. Santri-santri itu katanya, berasal dari Jawa Timur dan Kalimantan. “Banyak pengusaha-pengusaha di Kalimantan yang jadi santri.”

Saat Ismail bergabung, padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi hanya berupa bangunan sederhana. Bangunan-bangunan di padepokan itu berubah menjadi mewah karena uang-uang donatur. “Yang membangun padepokan itu ya Ismail dan temen-temennya. Bahkan dulu rumah Taat Pribadi itu rumah topeng.”

Lambat laut, pengikut semakin banyak dan para santri dijanjikan uang yang mereka setorkan akan dikembalikan. Namun, janji itu tak terpenuhi. Hingga Ismail, jelasnya, mengajukan beberapa protes ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Direncanakan pada 9 Februari 2015 Ismail dan beberapa pengikutnya akan melaporkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi ke kepolisian. “Namun belum dilaporkan pada tanggal 2 [2 Februari 2015] Ismail dibunuh,” ujarnya.

 

Resemjen menegaskan apa yang dilakukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi merupakan praktek penipuan. Uang yang jumlahnya banyak itu merupakan uang-uang yang disetorkan dari santri. “Waktu awal-awal pernah ada yang uang balik. Tapi ya cuma sekali aja, setelahnya tidak ada lagi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya