SOLOPOS.COM - Dua anggota Koramil Miri meminta keterangan Sriyati, 65, istri salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Tarno, 70, di rumahnya di Dusun Girimargo, Desa Girimargo, Miri, Sragen, Sabtu (8/10/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Taat Pribadi ditangkap, ada empat warga Sragen yang tercatat sebagai pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Solopos.com, SRAGEN — Empat warga Sragen tercatat menjadi pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Tiga dari empat warga Sragen itu hingga kini masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Empat warga Sragen tersebut adalah Sutejo, 45, warga Dusun Muteran, RT 14, Desa Peleman, Gemolong; Tarno, 65, warga Dusun Girimargo, Desa Girimargo, Miri; Katidjan, 60, warga Dusun Grabyak, Desa Doyong, Miri, dan Jahmin Harnowo warga Desa Kacangan, Sumberlawang.

Dari empat warga itu, hanya Sutejo yang sudah pulang dari Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo pada pekan lalu. Namun, Sutejo tidak ada di tempat saat Solopos.com menyambangi rumahnya, Sabtu (8/10/2016).

“Sekarang dia masih berada di rumah temannya di Gabugan [Kecamatan Tanon]. Dia sudah kembali dari Probolinggo setelah kami mentransfer uang untuk ongkos pulang,” kata Ngatimin, 46, adik ipar Sutejo, saat berbincang dengan Solopos.com.

Sutejo menjadi pengikut Dimas Kanjeng sejak 2010. Keluarganya sudah berusaha menasihati Sutejo supaya tidak terpengaruh dengan janji Dimas Kanjeng yang mengaku bisa menggandakan uang.

“Saya tidak tahu berapa jumlah uang yang dia bayarkan. Namun, dia sempat pinjam uang ke sana ke mari untuk membayar. Dia selalu bilang, kalau berhasil [menggandakan uang] nanti hasilnya dibagi-bagikan kepada keluarga,” jelas Ngatimin.

Awal Ramadan lalu, Sutejo berangkat ke Padepokan Dimas Kanjeng. Sejak saat itu, dia tidak pulang ke rumah. Kepada keluarga, Sutejo mengaku menjadi bagian dari tim keamanan Padepokan Dimas Kanjeng.

Kabar tertangkapnya Dimas Kanjeng Taat Pribadi karena tersangkut beberapa kasus kriminalitas mengagetkan keluarga Sutejo. ”Sampai sekarang, dia masih percaya Dimas Kanjeng tidak bersalah. Dia menilai penangkapan Dimas Kanjeng itu bermula dari laporan orang-orang yang tidak suka kepadanya,” terang Ngatimin.

Pengikut Dimas Kanjeng lainnya, Tarno, 70, merupakan mantan perangkat Desa Girimargo, Kecamatan Miri. Hingga sekarang, Tarno masih tinggal di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo.

Tarno sudah membayar mahar Rp1 juta yang dicicil empat kali. Konon, uang senilai Rp1 juta itu akan dilipatgandakan menjadi Rp200 juta.

”Uang mahar itu semampu santri. Sifatnya sukarela, tidak ada paksaan harus berapa uang maharnya. Kalau berhasil, uangnya itu mau disumbangkan untuk kepentingan sosial, misal santunan yatim piatu. Jadi, bukan untuk kepentingan pribadi. Namun, sampai sekarang juga belum ada hasil,” kata Sriyati, 65, istri Tarno saat ditemui wartawan di rumahnya.

Kesimpulan Rapat

Tarno berangkat ke Padepokan Dimas Kanjeng pada awal Ramadan lalu. Biasanya, dia hanya butuh waktu sehari semalam untuk mengikuti kegiatan di padepokan. Sriyati tidak tahu mengapa hingga kini suaminya belum pulang.

”Kalau melihat tayangan berita di TV memang menghebohkan. Saya sempat khawatir terjadi sesuatu dengan suami saya. Namun, kami selalu berkomunikasi via telepon. Tadi pagi dia mengabari dalam kondisi baik-baik saja. Katanya dia berencana pulang tanggal 10 Oktober nanti setelah menunggu kesimpulan rapat,” jelas Sriyati.

Sementara itu, keluarga Katidjan sempat ingin menjemput pensiunan PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu di Padepokan Dimas Kanjeng. Namun, upaya itu ditolak oleh Katidjan. Keluarga khawatir Katidjan kehabisan bekal selama tinggal di padepokan.

Akan tetapi, dalam pembicaraan via telepon, Katidjan mengabarkan dirinya baik-baik saja dan tidak perlu dijemput. “Sejak awal saya tidak setuju suami saya ikut kelompok itu. Saya tidak percaya dengan janji pimpinan padepokan yang bisa menggandakan uang. Saya tidak henti-hentinya menasihati. Namun, suami saya lebih percaya Dimas Kanjeng daripada istrinya sendiri,” jelas Sukarti, 50, istri Katidjan saat ditemui wartawan di rumahnya di Desa Doyong.

Kepada keluarganya, Katidjan berjanji pulang secepatnya setelah menunggu keputusan rapat pengurus Padepokan Dimas Kanjeng pada Senin (10/10/2016) nanti. Selama menjadi pengikut Dimas Kanjeng, Katidjan sudah beberapa kali mengeluarkan uang.

Dia tidak pernah terbuka kepada istrinya terkait jumlah mahar yang dibayarkan kepada Dimas Kanjeng. “Dia berangkat ke padepokan bersama teman-temannya pada awal Ramadan lalu. Ada beberapa mobil. Katanya mereka berkumpul di rumah temannya di Gabugan,” terang Sukarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya