Solopos.com, GROBOGAN — Swike adalah kuliner khas Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, yang cukup ekstrem. Makanan ini merupakan sup kodok yang diberi bumbu taoco.
Hidangan ini dipercaya berasal dari pengaruh masakan Tionghoa. Berdasarkan penelusuran Solopos.com, Selasa (12/4/2022), bukan perkara sulit menemukan makanan yang satu ini di Purwodadi yang dijuluki sebagai Kota Swike.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Daging kodok dipilih karena teksturnya mirip daging ayam. Kodok yang dipakai adalah kodok hijau yang hidup di persawahan. Namun sekarang sudah banyak peternak kodok sawah yang memang khusus ditujukan untuk olahan swike.
Hidangan itu menyajikan daging kodok yang diberi bumbu tauco dengan taburan bawang goreng dan daun seledri. Swike biasanya disajikan dengan kuah panas yang pas bila dinikmati ketika hawa dingin musim penghujan mendera.
Baca juga: Kerap Bikin Bingung, Ini Beda Grobogan dan Purwodadi
Rasa swike khas Grobogan ini sangat gurih dan aromanya menggugah selera. Apalagi jika sup yang satu ini dinikmati dengan nasi putih hangat dan perasan jeruk.
Menjijikkan? ya, kodok memang hewan yang terlihat menjijikkan. Bahkan karena hidup di dua alam, binatang amfibi ini dianggap haram dalam ajaran agama Islam.
Lepas dari pertimbangan itu, mereka yang sudah pernah mencoba sekali saja saja, mengaku ketagihan dengan rasa swike kodok khas Purwodadi. Oleh karena itulah, bagi mereka yang gemar menyantap daging kodok bumbu taoco, Purwodadi bisa dikatakan surganya kuliner ekstrem ini. Hal itu dikarenakan banyaknya warung swike yang menjamur di kawasan tersebut.
Baca juga: Lempok, Sajian Pecel Daun Jati Khas Grobogan
Gurukecil.com mengabarkan bahwa warung yang menyajikan swike paling nikmat di Purwodadi adalah di Pondok Makan Rawa Daplang yang terletak di Jl. Purwodadi-Semarang Km.15. Selain itu, ada satu lagi warung swike yang diklaim sebagai pelopor swike kodok di Purwodadi, yakni Rumah Makan Swike Cik Ping di Jl. Kolonel Sugiono, Purwodadi. Rumah makan yang berdiri sejak 1901 itu dikelola hingga kini secara turun temurun. Bagaimana, tertarik mencoba?
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
