SOLOPOS.COM - Sungai Sempor, lokasi insiden ratusan siswa SMPN 1 Turi, Sleman, hanyut saat susur sungai, Jumat (21/2/2020). (Istimewa)

Solopos.com, JOGJA -- Penyelenggaraan kegiatan susur Sungai Sempor yang dihelat SMPN 1 Turi, Sleman, saat musim hujan menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Kegiatan itu sangat disayangkan karena dilakukan tanpa perhitungan yang matang sehingga menimbulkan korban jiwa.

Pakar Manajemen Sungai UGM, Agus Maryono, Jumat (21/2/2020) malam, menyampaikan rasa keprihatinan atas peristiwa tersebut. Menurutnya peristiwa itu menjadi preseden buruk bagi kegiatan susur sungai karena dilakukan dengan ceroboh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Aduh, ini konyol, saya sangat sangat sedih sekali, mengapa ini bisa terjadi, susur sungai dilakukan anak-anak. Ini menjadi preseden buruk bagi susur sungai," ucapnya sembari menghela nafas panjang di ujung telepon.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengatakan kegiatan susur sungai ada standarnya, antara lain tidak boleh dilakukan anak atau remaja dan hanya boleh dilakukan kalangan profesional seperti TNI atau anggota mapala.

Selain itu susur sungai tidak dilakukan di dalam area sungai, tetapi hanya memantau di luar sungai kemudian melakukan penanganan ketika ada sesuatu yang perlu menjadi catatan.

"Tidak boleh anak ikut, remaja juga tidak boleh ikut susur sungai, hanya TNI, Mapala dan kalangan profesional yang sudah punya pengalaman susur sungai. Dan susur sungai itu tidak di dalam sungai tetapi di luar mengamati tidak di dalam sungai," ujarnya.

Selain itu, kata dia, susur sungai tidak boleh dilakukan di saat musim hujan sehingga harus dilakukan di musim kemarau. Jika pun ada yang ingin melakukan di musim hujan, maka harus dilakukan oleh kalangan profesional.

Selain itu orang yang terlihat harus dilengkapi berbagai peralatan seperti helm dan pelampung, serta berbagai alat lapangan lainnya. "Meski pun itu di sungai kecil, tetap harus sesuai prosedur, karena sungai kecil itu justru malah lebih berbahaya, aliran air bisa tiba-tiba besar," katanya.

Ia meyakini pengetahuan soal susur sungai ini tidak diketahui oleh penyelenggara kegiatan di SMPN 1 Turi. Karena faktanya anak-anak justru diajak masuk sungai saat musim hujan tanpa perlengkapan yang memadai.

"Kalau niatnya mau kerja bakti harus ada orang yang di atas untuk memantau, waduh. Musim hujan ngapain juga? Musim hujan kan sampah juga sudah tidak ada," ujarnya.

Ia meminta kepada berbagai pihak terutama dinas terkait agar membuat SOP kegiatan lapangan bagi para pelajar, bahwa susur sungai tidak boleh dilakukan pelajar. Ini harus disosialisasikan secara luas kepada sekolah di DIY. Peristiwa itu tidak boleh terjadi lagi ke depan, karena jelas tampak ada keteledoran pihak sekolah.

"Penyelenggara pola pikirnya terlalu pendek, ini preseden buruk, sangat menyedihkan, saya sampai enggak bisa berfikir. Tetapi ini pelajaran sangat berharga, ke depan tidak boleh terjadi lagi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya