SOLOPOS.COM - Seorang siswa SD berjalan kaki menyusuri jalur cepat di Jl. MT Haryono, Manahan, Solo sepulang dari pembelajaran tatap muka (PTM), Jumat (5/11/2021). Tidak semua siswa diantar jemput orang tua saat PTM karena kesibukan orang tua dan alasan lain. (Solopos.com/Chrisna Chanis Cara)

Solopos.com, SOLO — Alvino, 9, celingukan saat hendak menyeberang jalan di sekitar perempatan Sambeng, Jl, MT Haryono, Mangkubumen, Solo, Jumat (5/11/2021) sekitar pukul 09.51 WIB. Saat lampu merah di perempatan menyala, dia setengah berlari menuju arah Flyover Manahan.

Alvino memilih menyusuri jalur cepat di Jl. MT Haryono alih-alih berjalan di jalur lambat. Sambil menenteng sebuah nasi bungkus yang baru saja dia beli, Alvino berjalan cepat agar bisa segera pulang ke rumah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hari itu Alvino baru saja menyelesaikan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SD Muhammadiyah 20 Solo. Sehari-hari, dia berjalan kaki menuju sekolah yang beralamat di Jl. MT Haryono No. 50 Mangkubumen itu. Sekolahnya berjarak sekitar dua kilometer (km) dari rumahnya yang berada di bantaran rel samping terowongan Flyover Manahan.

Baca Juga: Siap-Siap! Seluruh SD-SMA Pelaksana PTM Solo bakal Disasar Tes Swab PCR

Ekspedisi Mudik 2024

Butuh sekitar 15 menit untuk menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki. “Dekat kok, udah biasa,” ujar Alvino saat ditemui Solopos.com di sela perjalanannya.

Tak seperti mayoritas siswa lain yang diantar-jemput orang tua di sekolah, Alvino lebih sering berjalan kaki saat mengikuti PTM. Orang tuanya yang buruh serabutan sibuk mencari nafkah untuk menyambung hidup sehari-hari.

“Kerja semua,” ujar siswa Kelas IV itu. Alvino enggan merengek dan memilih berjalan kaki meski hal itu cukup membahayakan keselamatan dan keamanannya. Apalagi dia harus melalui kawasan Jl. MT Haryono yang padat kendaraan bermotor.

Baca Juga: Ndalem Priyosuhartan Disiapkan untuk Lokasi Isoter Klaster PTM Solo

Alvino hanya salah satu potret bahwa melaksanakan aturan PTM terkait kewajiban antar jemput oleh orang tua tak semudah membalikkan telapak tangan. Faktor sosiologis seperti orang tua yang bekerja membuat anak terkadang harus berjibaku sendiri di jalanan. Selain Alvino, dua siswa SMPN 13 yakni Dujin dan Gaviero juga tak bisa diantar jemput orang tuanya dan memilih naik motor.

Agar tidak kena marah sekolah, mereka menitipkan motor di halaman parkir Pasar Gede yang berjarak sekitar satu km dari SMPN 13. “Biasanya sih diantar terus, tadi orang tua enggak bisa jadi boncengan naik motor sama teman,” ujar Dujin.

Dinas Pendidikan (Disdik) Solo mengakui belum semua orang tua dapat mengantar anaknya ke sekolah dalam PTM. Padahal merujuk SE Nomor 420/585 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis dan Panduan Operasional Pembelajaran Tatap Muka di Surakarta pada Masa Pandemi Covid-19, orang tua wajib mengantar-jemput anaknya.

Baca Juga: Partisipasi Siswa SD di Wonogiri Ikuti PTM 96%

Hal itu kembali ditegaskan Wali Kota, Gibran Rakabuming Raka, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu. “Soal kewajiban antar-jemput itu memang menjadi salah satu evaluasi kami. Fakta di lapangan masih ada siswa yang berangkat sendiri. Untuk siswa yang rumahnya dekat sekolah, kami masih menoleransi asal tetap menjaga protokol kesehatan,” ujar Kabid SD-SMP Disdik, Abdul Haris Alamsah.

Pihaknya tak menampik ada orang tua yang punya kendala pekerjaan sehingga tak bisa mengantar-jemput anaknya. Haris mengatakan Pemkot mencoba mencari solusi untuk itu lewat pengadaan angkutan sekolah.

Nantinya, siswa bakal diantar-jemput menggunakan moda tersebut. “Kemungkinan yang bisa dijemput baru yang sesuai trayek. Untuk teknisnya, pekan depan akan kami matangkan kembali dengan pihak terkait,” ujar Haris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya