SOLOPOS.COM - Warga menunggu konvoi pesilat dalam rangka perayaan Suran Agung di trotoar Jl. Trunojoyo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Minggu (25/10/2015). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Suran Agung di Kota Madiun dianggap warga tidak lagi mencekam karena pesilat semakin dewasa dan polisi melakukan penanganan dengan tepat.

Madiunpos.com, MADIUN — Ratusan warga dari berbagi daerah memadati simpang empat Pasar Sleko, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim), Minggu (25/10/2015) mulai pukul 10.00 WIB.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Madiunpos.com di lokasi, semakin siang, jumlah warga yang datang di simpang empat Pasar Sleko kian banyak. Sebagian besar dari mereka menempati bagian trotoar Jl. Trunojoyo atau di depan Pasar Sleko.

Sambil duduk atau berdiri, pandangan ratusan warga tersebut cenderung kompak selalu tertuju pada situasi di jalan raya. Salah seorang warga Kecamatan Kebosari, Kabupaten Madiun, Khoirul, 46, mengaku sengaja datang ke simpang empat Pasar Sleko itu untuk menyaksikan konvoi yang diikuti pesilat dari Persaudaraan Setia Hati (SH) Tunas Muda Winongo dalam rangka perayaan Suran Agung.

Khoirul menganggap arak-arakan pesilat di Kota Madiun tidak lagi menimbulkan bahaya atau kerusuhan. “Biasanya, di sini [sekitar Pasar Sleko] ramai dilalui peserta konvoi. Pesilat dari berbagai wilayah lewat jalanan di sekitar sini [Pasar Sleko]. Saya yakin Suran Agung di Kota Madiun tidak lagi mencekam seperti beberapa tahun yang lalu. Konvoi malah berlangsung meriah,” kata Khoirul yang mengajak serta anaknya, Nikolas, 12, kepada Madiunpos.com, Minggu.

Sempat Mencekam
Semada dengan Khoirul, warga Kecamatan Taman, Kardi, 54, yakin perayaan Suran Agung di Kota Madiun berlangsung aman. Kondisi aman tersebut, menurut dia, terbukti dari banyaknya pengusaha di Kota Madiun yang tetap berani membuka toko mereka.

Menurut Kardi, banyak toko tutup pada perayaan Suran Agung 2012. “Tiga tahun lalu, perayaan Suran Agung di Kota Madiun bisa sangat mencekam. Orang tidak berani keluar rumah. Jalanan di Kota Madiun dikuasai peserta konvoi. Saya yakin Suran Agung 2015 berlangsung kondusif. Pihak kepolisan sudah tepat mengambil kebijakan dengan melarang pesilat dari luar masuk ke Madiun. Selain itu, para pesilat juga sudah semakin dewasa,” jelas Kardi.

Sebagaimana catatan Kantor Berita Antara, terdapat 11 perguruan pencak silat yang berpusat di wilayah Madiun. Ke-11 perguruan pencak silat itu telah tergabung dalam Paguyuban Pencak Silat Madiun dan setiap Tahun Baru Jawa selalu melakukan tradisi masing-masing perguruan yang kadang rawan konflik, khususnya dua perguruan besar, yakni Persaudaraan Setia Hati (SH) Terate dan SH Tunas Muda Winongo.

Anggota ke-11 perguruan pencak silat tersebut bukan hanya berasal dari kabupaten dan Kota Madiun, namun juga dari daerah lain di eks Karesidenan Madiun dan sekitarnya. Para anggota perguruan pencak silat yang berdomisili di luar Kota Madiun itu, kini dilarang polisi datang ke pusat perguruan pencak silat mereka untuk mengikuti acara tradisional perguruan pencak silat mereka. Alasannya, demi menjaga iklim kondusif wilayah setempat.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya