SOLOPOS.COM - Logo Persiba (Ist)

Harianjogja.com, BANTUL-Teka-teki meninggalnya suporter Persiba Bantul Jupita terjawab. Pengurus suporter Persiba Paserbumi itu meninggal bukan disebabkan penganiayan saat terjadi tawuran antar suporter, melainkan pecahnya pembuluh darah pada bagian otak. Hal ini menyebabkan dia koma dan berakhir kematian.

Titik terang itu diperoleh dari keterangan saksi ahli kepala tim medis bedah syaraf RS Panti Rapih yang menangani Jupita selama menjalani perawatan medis dan dihadirkan Kapolres Bantul AKBP Surawan kepada wartawan di Mapolres, Sabtu (26/4/2014).

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Kepala tim medis dokter RS Panti Rapih Wiryawan mengemukakan, pada saat korban datang di rumah sakit kondisinya sudah cukup parah. “Dari pengamatan medis, pasien Jupita mengalami koma yang bisa dikatakan parah.

Namun penyebab kematian Jupita bukan karena pukulan benda tumpul, melainkan murni karena pecahnya pembuluh darah secara spontan. Ini bisa terjadi kepada siapa saja dan biasanya karena hipertensi atau stroke,” ujar Wiryawan.

Dia menambahkan, tim medis sudah memeriksa kepala pada bagian sekitar pecahnya pembuluh darah. Hasilnya sangat bersih dan tidak terdapat luka. Dari pemeriksaan itu, dokter Panti Rapih memastikan, tidak menemukan adanya tanda-tanda luka pemukulan pada saat terjadi bentrok sesama suporter Persiba Bantul.

Dalam kesempatan itu, Kapolres Bantul AKBP Surawan menyatakan keterangan saksi ahli medis cukup kuat menjadi dasar pihak kepolisian menutup atau menghentikan upaya pengusutan kasus kematian Jupita.

“Jadi saya tegaskan penyebab meninggalnya Jupita menurut kajian medis bukan diakibatkan oleh pukulan benda tumpul, ataupun mengalami penganiayaan saat terjadinya kerusuhan antar kelompok suporter di stadion Sultan Agung pada tanggal 8 Februari lalu. Dengan demikian, pihak kepolisian menututup proses pengusutan hukum,” ujarnya.

Kapolres tidak mau alasan dihentikannya langkah pengusutan dalam kasus Jupita selama ini hanya didasarkan opini yang tidak kuat. Kapolres ingin mengumpulkan bukti-bukti yang kuat dengan alasan yang cukup mendasar.

Upaya mengungkap kebenaran tersebut juga dilakukan Kapolres dengan menghadirkan kedua belah pihak perwakilan supporter Persiba yang sempat terlibat bentrok yakni Paserbumi dengan CNF. Tujuannya, agar kedua suporter tidak lagi saling curiga dan menuduh dalam kasus kematian Jupita yang dapat memicu kemungkinan balas dendam antar suporter.

Ketua Paserbumi Anom Suroto yang hadir dalam acara kemarin mengatakan keterangan dokter Panti Rapih sudah membuat dirinya lega. Keterangan medis akan segera di sampaikan ke suporter Persiba.
Senada diungkapkan perwakilan  CNF Wisnu yang menyambut baik hasil pemeriksaan medis.

Wisnu mengatakan, keterangan final teka-teki tewasnya Jupita menjadi akhir dari saling tuding dan saling curiga kelompok suporter. Ia sepakat sementara atau selamanya, kedua belah pihak suporter dibekukan terlebih dahulu demi kemajuan tim sepak bola Persiba Bantul dalam melanjutkan kompetisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya