SOLOPOS.COM - PEMBERSIHAN SUNGAI -- Sejumlah warga dan PNS Pemkab Sukoharjo kerja bakti membersihkan Sungai Jenes di Desa Banaran, Grogol, Sukoharjo, Jumat (24/6/2011) pagi. Sungai itu dinyatakan tercemar seperti halnya Sungai Langsur. (JIBI/SOLOPOS/Oriza Vilosa)

Sukoharjo (Solopos.com) Dua sungai di Sukoharjo, yakni Jenes dan Langsur dinyatakan tercemar. Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxsigen Demand di dua sungai itu melebihi ambang batas.

PEMBERSIHAN SUNGAI -- Sejumlah warga dan PNS Pemkab Sukoharjo kerja bakti membersihkan Sungai Jenes di Desa Banaran, Grogol, Sukoharjo, Jumat (24/6/2011) pagi. Sungai itu dinyatakan tercemar seperti halnya Sungai Langsur. (JIBI/SOLOPOS/Oriza Vilosa)

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pencemaran limbah itu diketahui lewat hasil uji laboratoriun terhadap air di dua sungai tersebut, yang diambil menjelang musim kemarau ini. “Memang tercemar dan melebihi ambang batas, kadar pencemaran cukup tinggi,” kata Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sukoharjo, Bambang Darmanto, saat mendampingi Kepala BLH Sukoharjo, Guruh Satriyanto, di sela-sela kegiatan Resik-resik Kali Jenes, tepatnya di wilayah Desa Banaran, Grogol, Jumat (24/6/2011) pagi.

Padahal, lanjut dia, BOD dan COD itu akan meningkat saat musim kemarau. Dia belum menjelaskan berapa hitungan kadar pencemaran serta bagaimana standar idealnya. “Parameter melebihi, memang uji saat kondisi hujan, COD dan BOD lebih rendah,” tambahnya. Bambang menjelaskan pencemaran itu berasal dari limbah sejumlah industri batik berskala kecil di Banaran dan beberapa wilayah lain Sukoharjo. Dia juga menyebut beberapa di antaranya berasal dari Kota Solo. Namun, dia mengaku belum memiliki data pasti terkait sumber limbah tersebut.

Selain akan mendata jumlah pelaku industri batik di Sukoharjo, Bambang berencana menyampaikan masalah limbah itu ke forum lingkungan hidup, dalam hal ini adalah penyampaian masalah terhadap beberapa wilayah lain yang berkontribusi terhadap pencemaran itu.

Selain itu, Bambang menjelaskan hal tersebut bisa ditangani melalui pembangunan IPAL komunal. Namun, dia mengaku kesulitan mencari lahan untuk langkah itu. “Jika tak ada dana APBD, IPAL (instalasi pengolahan air limbah-red) bisa direalisasikan lewat APBN,” terangnya.

Sementara untuk Sungai Langsur, paparnya, pencemaran bersumber dari limbah sejumlah pabrik tekstil. Ia tak menyebut secara detail pabrik tekstil mana saja. “Sebenarnya masalah seperti ini juga harus menilik kepentingan kegiatan ekonomi warga. Nanti kami terus sosialisasikan termasuk seperti kegiatan ini, Prokasih (Program Kali Bersih-red),” imbuhnya. Guruh menambahkan penanganan masalah itu harus dilakukan semua pihak. “Semua pihak harus duduk bersama untuk menangani hal ini,” katanya.

ovi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya