SOLOPOS.COM - Dosen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Prof. Wiendu Nuryati (di mimbar) saat memberikan presentasi dalam seminar di Kampus Stipram, Kamis (22/2/2018). (Harian Jogja/Sunartono)

Sungai memiliki nilai ekonomi tinggi

Harianjogja.com, BANTUL-Sungai seharusnya menjadi halaman depan sehingga dirawat dengan baik dan dapat menjadi potensi ekowisata. Namun sayangnya, pemahaman itu belum sepenuhnya melekat di tengah masyarakat, sehingga sungai masih dikesampingkan manfaat ekonominya dan justru menjadi tempat pembuangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dosen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Prof Wiendu Nuryati menegaskan, sungai harus menjadi halaman depan bagi masyarakat karena sesungguhnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sayangnya, saat ini masyarakat masih kerap menjadikan sungai sebagai halaman belakang dan mengesampingkan manfaatnya. Seharusnya masyarakat diberikan edukasi secara berkelanjutan, dengan sungai dijadikan sebagai halaman depan menjadikan terawat dan dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.

“Rumah itu harus menghadapi sungai, bukan membelakangi. Tetapi kita masih menganggap sungai sebagai tempat pembuangan. Jadi prinsip sederhana itu harus ditekankan kepada masyarakat. Kalau sungai dijadikan halaman depan, wisatawan akan datang dengan sendirinya,” ungkapnya dalam seminar pemanfaatan aliran sungai sebagai objek wisata terbarukan di Kampus Stipram, Kamis (22/2/2018).

Mantan Wakil Mendikbud ini mengatakan, besarnya potensi wisata air terutama sungai seperti di DIY. Menurutnya, perlu ditilik skala kecil lebih dahulu, bahwa sebenarnya sungai sekadar dibersihkan saja sudah terlihat menarik. Beberapa hal yang harus ada jika ingin menarik wisatawan datang ke sungai adalah, bersih, air harus mengalir karena sungai mempunyai hak untuk tidak terbebani sampah sehingga airnya jernih.

Selain itu harus ada akses menuju sungai karena seringkali akses sangat sempit dan sulit dijangkau. “Akses itu termasuk harus bisa interaksi dengan air, cukup sederhana sebenarnya, tidak perlu mendatangkan investor skala besar. Apalagi sungai kita itu sebenarnya sudah indah,” kata dia.

Ia menyadari memang tidak mudah untuk melakukan konservasi sungai, terutama yang lokasinya di tengah kota. Berbeda dengan wilayah perdesaan yang relatif mudah untuk dikonservasi. Karena di desa, kondisi sungainya cenderung jernih dan bisa menyatu dengan alam. Kendala di kota terutama mencari cara agar masyarakat tidak membangun beton di pinggir sungai supaya tetap memiliki karakter alami dan menjadi satu kesatuan dengan alam.

Melakukan konservasi dengan menghilangkan beton memang terkesan kontroversi, tetapi sebaiknya perlu diperhatikan bahwa sungai memilki daya tarik wisata yang besar. Kesan yang sering muncul ketika sungai belum terjamah manusia terlihat sangat alami dan bersih, berbeda dengan sungai yang sudah dijamah manusia.

Tak dipungkiri, dalam lingkup internasional, sungai sudah menjadi andalan wisata setiap biro perjalanan seperti halnya berada di Korea Selatan yang memiliki sungai menjadi tujuan wisata dari berbagai negara. Selain itu ada pula Jembatan Vecchio, Florence, Italia yang di sekitar kawasan sungai itu selalu didatangi wisatawan untuk berbelanja berbagai cenderamata.

“Kenapa masyarakat atau mahasiswa tidak berpikir, saya akan jualan sungai yang berada di dekat rumah saya. Apalagi sekarang bisa jualan dari rumah secara online,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya