Solopos.com, SRAGEN — Musim kemarau biasa menjadi berkah bagi penambang pasir di Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Desa Kedungupit, Sragen. Musim kemarau jadi kesempatan bagi warga untuk mengeruk pasir di dasar sungai itu. Namun, limbah yang mencemari sungai membuat mereka harus ekstra waspada. Karena limbah, air sungai berwarna hitam pekat layaknya oli bekas. Bau busuk air menyerupai bau bangkai kerap membuat sesak di dada. Tak jarang dari mereka jatuh sakit. Bau itu bahkan tidak hilang walau sudah berkali-kali mandi. Para penambang pasir itu berharap pembuangan limbah ke Sungai Bengawan Solo bisa dihentikan supaya kebersihan air sungai tetap terjaga dan mereka bisa bekerja mencari nafkah.

PromosiTragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

 

Warga mengusung pasir yang ditambang di dasar Sungai Bengawan Solo di Desa Kedungupit, Sragen, Rabu (22/9/2021). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

 

Kondisi air Sungai Bengawan Solo di Desa Katelan, Tangen, Sragen, yang tercemar limbah, Senin (20/9/2021). (Istimewa/Sri Wahono)

 

Sejumlah warga menambang pasir di dasar Sungai Bengawan Solo tepatnya di Desa Kedungupit, Sragen, Rabu (22/9/2021). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi