SOLOPOS.COM - Arak-arakan pengantin sunat dalam acara sunatan massal, Minggu (25/5/2014). (Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Sebanyak 16 pengantin sunat di Desa Ngerstiharjo, Kecamatan Wates, diarak menggunakan tandu dan mobil pikap sebagai pembuka acara sunatan massal, Minggu (25/5/2014).

Kegiatan yang merupakan rangkaian dari Merti Desa Ngestiharjo yang jatuh pada akhir Agustus mendatang ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbedaannya terletak dari konsep acara yang lebih meriah dan melibatkan 500-an orang. Peserta sunatan massal bahkan ditandu saat arak-arakan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Arak-arakan yang terdiri dari para pengantin sunat, Bergodo Jogo Karto Desa Tayuban Kecamatan Panjatan, kelompok selawatan Alikhlas Ngestiharjo dan drum band Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Ngestiharjo ini berjalan sejauh 1,5 kilometer dari simpang tiga Toyan sampai balai desa Ngestiharjo.

Kepala Desa Ngestiharjo, Aris Zulkhasanah, mengungkapkan, kegiatan sunatan massal merupakan acara rutin tahunan yang digelar Ngestiharjo sejak 10 tahun lalu. “Tapi yang menggunakan arak-arakan besar seperti ini baru tahun ini,” ujarnya.

Ia sengaja menggelar acara sunatan massal yang meriah karena jumlah peserta yang lebih banyak jika dibanding tahun sebelumnya. Biasanya, peserta sunatan massal kurang dari 10 anak, namun kali ini mencapai 16 anak.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Wates, Pemerintah Desa Ngestiharjo, dan Paguyuban Pengajian Malam Minggu Malam Senin Ngestiharjo.

Selain sebagai media syiar, menurut dia, tujuan Pemerintah Desa Ngestiharjo menggelar sunatan massal untuk memfasilitasi masyarakat dalam memahami pendidikan kesehatan reproduksi.

Ketua panitia sunatan massal, Sujono, menuturkan, persiapan dan sosialisasi kegiatan sunatan massal dilakukan sejak dua bulan lalu. Pesertanya tidak hanya warga Ngestiharjo, melainkan juga desa tetangga seperti, Kulwaru, dan kecamatan Panjatan serta Pengasih.

Kegiatan ini gratis dan peserta juga mendapat baju serta konsumsi. “Kami bekerjasama dengan RSUD Wates yang memberikan dukungan sehingga biaya lebih murah, sebab biasanya biaya rata-rata untuk satu anak Rp350.000,” sebut dia.
Sebagian besar peserta berumur 9 sampai 11 tahun dan hanya ada satu peserta yang masih berusia tiga tahun.

Dwi Rahayu, 31, warga Desa Cerme, Kecamatan Panjatan, mengaku putranya, Aziz Rahman, yang masih berusia tiga tahun, terdaftar sebagai peserta sunatan massal termuda. Alasan ia menyunatkan anaknya sejak dini karena pertimbangan kesehatan.

“Anak saya ada keluhan saat kencing, oleh dokter disarankan untuk disunat ketika berumur tiga tahun,” terangnya. Ia merasa senang dengan kegiatan sunatan massal karena membantu meringankan beban masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya