SOLOPOS.COM - Sunarso (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Sunarso (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Lepasnya seekor singa Afrika bernama Oni yang merupakan koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo membawa cerita tersendiri bagi Sunarso. Dialah sosok yang melumpuhkan Oni dengan cara menembakkan obat bius dengan senjuata sumpit atau tulup.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Nama Sunarso langsung mencuat begitu singa Afrika yang menerkam unta hingga tewas berhasil dilumpuhkan, Selasa (31/1/2012) lalu. Karyawan TSTJ ini menjadi pahlawan dalam peristiwa itu. Berbekal sebuah tulup lengkap dengan obat bius, Sunarso berhasil melumpuhkan raja hutan tersebut dengan dua kali sumpitan yang mengenai badan singa.

Sunarso sebenarnya bukan pawang hewan buas yang mempunyai keterampilan khusus dalam menjinakkan hewan buas. Sehari-hari dia bertugas menjaga keamanan TSTJ sebagai anggota satuan pengamanan (Satpam). Namun, hal itu tak menyurutkan niatnya untuk menjadi eksekutor pelumpuhan singa yang kabur dari kandang.

Kala itu, setelah Oni keluar dari kandang, petugas keamanan dan perawat binatang langsung mengevakuasi pengunjung dan PKL. Pada saat yang bersamaan, petugas juga diterjunkan untuk mengepung kandang unta. Seluruh peralatan untuk dilumpuhkan seperti tulup dan jarum suntik yang berisi obat bius telah disiapkan.

”Saya juga langsung menuju lokasi kejadian bersama para petugas lainnya. Jujur saja, saya begitu panik dan tidak bisa berpikir apa-apa kecuali bagaimana caranya melumpuhkan Oni,” ucapnya saat ditemui Espos. Saat itu petugas langsung berembuk menentukan cara yang paling efektif melumpuhkan singa itu. Akhirnya, disepakati memakai tulup dibanding senapan. Alasannya, jika memakai senapan, Oni akan lari karena kaget mendengar dentuman senapan. Selain itu, jarum suntik yang berisi obat bius lebih mudah menancap di tubuh hewan.

Senjata tulup dari bahan kayu itu dimiliki TSTJ yang digunakan untuk berjaga-jaga apabila ada satwa keluar dari kandangnya. Di taman satwa itu pun hanya ada satu tulup dengan panjangnya sekitar 50 cm. Jarum suntik berisi obat bius harus dimasukkan ke tulup sebelum disumpit ke sasaran. Panjang jarum suntik yang digunakan untuk melumpuhkan Oni sekitar lima hingga tujuh cm.

Sunarso lalu membawa tulup menuju kandang unta. Dia sendirian berjalan mengendap-endap hingga jarak sekitar dua meter dari posisi singa. Sementara, petugas lainnya memantau dari radius 20 meter dari kandang unta. Saat itu, posisi Oni berada tak jauh dari sebuah rumah kecil yang berada di pojok kandang unta. ”Ini panggilan tanggung jawab dan melindungi petugas lainnya dari amukan singa. Saya memang sendirian menuju kandang unta,” papar pria yang bekerja di TSTJ sejak 1989 ini.

Setelah singa lengah, dengan cekatan, Sunarso langsung menyumpit yang mengenai paha singa. Namun, sumpitan tersebut sepertinya tidak mempan. Sementara singa langsung berlari ke pojok kandang lainnya. Sontak, dia langsung mengikuti posisi singa. Tak berselang lama, sumpitan kedua dilepaskan mengenai bagian perut sisi kanan.

Sekejap, obat bius langsung bereaksi di tubuh Oni. Kondisi tubuh singa itu melemah dan sempoyongan tidak bergerak. Untuk memastikan kondisi Oni, Sunarso menyumpit lagi yang mengenai perut sisi kiri. Tak ayal, Oni langsung terkapar tak berdaya di salah satu pojok kandang Unta. ”Sebenarnya ada tiga kali sumpitan, namun yang kena hanya dua sumpitan. Obat bius akan bereaksi sekitar 30 menit. Saya baru pertama kali ini menyumpit karena khawatir Oni meloncat ke permukiman penduduk,” paparnya.

Karena keberanian Sunarso, manajemen TSTJ berencana akan memberikan penghargaan kepada warga Kentingan Kulon, Jebres, Solo itu.

JIBI/SOLOPOS/Bony Eko Wicaksono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya