SOLOPOS.COM - Api menyala dari pipa sumur Pamsimas di RT 023, Dukuh Kwayon, Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Senin (5/9/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pembuatan sumur dalam untuk program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di RT 023, Dukuh Kwayon, Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen tak berjalan sesuai harapan. Sumur sedalam 94 meter itu mengeluarkan gas yang bisa terbakar.

Khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan, warga akhirnya tak memakai sumur itu dan memilih lokasi lain untuk dibuat sumur Pamsimas. Lokasi baru jaraknya sekitar 150 meter arah utara tetapi masih dalam lingkungan RT 023 Dukuh Kwayon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gas itu tidak berbau dan keluar bersama air membentuk gelembung-gelembung. Terlihat air seperti mendidih meski jika dipegang air maupun gasnya tak panas.

Misniyanto, 54, warga Taraman, Sidoharjo, Sragen, mengatakan ia bersama tiga rekannya menggali sumur dalam tersebut pada Senin (22/8/2022). Ia mengebor sampai kedalaman 94 meter. Setelah itu ia memasukkan pipa berdiameter 6 inci sedalam sumur tersebut dan menyedot airnya.

Baca Juga: 2022, Layanan Air Bersih Non PDAM di Sragen Bertambah 35 Lokasi

Lahan yang dibor untuk sumur itu berada lebih tinggi dari sekitarnya. Lahan itu dimiliki warga setempat yang bernama Suwoyo, 60.

“Uji coba [menyedot air] dilakukan Kamis [1/9/2022] sekitar pukul 16.00 WIB. Debit airnya banyak tapi kemudian mati. Dicoba disedot lagi, keluar banyak airnya, tapi enggak lama berkurang debitnya lalu mati. Kami cek dengan mengangkat pompa submersible, ternyata diketahui ada kandungan gasnya. Lalu dicoba pakai korek api ternyata menyala besar apinya,” ujar Misniyanto saat ditemui Solopos.com, Senin (5/9/2022).

Warga akhirnya bersepakat untuk tak jadi menggunakan sumur itu dan membuat sumur di lokasi lain yang masih di lingkungan satu RT.

Sementara itu, Suwoyo membenarkan lahannya dijadikan lokasi untuk sumur Pamsimas bantuan dari pemerintah pusat senilai Rp400 juta. Lahannya dipilih untuk dibuat sumur karena dianggap debit airnya banyak.

Baca Juga: Pemkab Sragen Belum Temukan Solusi Air Minum di Miri, Ini Masalahnya

Awalnya, lahan itu akan dibeli pemerintah desa. Namun Suwoyo memilih untuk mewakafkan seluas lahan yang digunakan untuk sumur Pamsimas yakni 5 meter persegi.

“Saya dan keluarga tanda tangan persetujuan wakaf. Setelah itu lokasi digali. Jadi mengebornya berapa lama tidak ingat. Saat kedalaman 30 meter sudah ada airnya, tapi untuk memenuhi aturan harus kedalaman 90 meter. Ternyata sumur itu malah keluar gas,” ujarnya.

Karena akhirnya sumur itu tidak jadi dipakai, maka lahannya pun tak jadi Suwoyo wakafkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya