SOLOPOS.COM - Kepala Desa (Kades) Mundu, Waluyo (kiri), mengecek kondisi sumur dalam di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten yang mangkrak hampir selama tujuh tahun, Rabu (27/11/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

 Kepala Desa (Kades) Mundu, Waluyo (kiri), mengecek kondisi sumur dalam di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten  yang mangkrak hampir selama  tujuh tahun, Rabu (27/11/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Kepala Desa (Kades) Mundu, Waluyo (kiri), mengecek kondisi sumur dalam di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten yang mangkrak hampir selama tujuh tahun, Rabu (27/11/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Sumur dalam bantuan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten senilai Rp780 juta di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten mangkrak selama hampir tujuh tahun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ironisnya, mesin sumur dalam tersebut rusak setelah dipakai kurang dari satu bulan.

Pantauan Solopos.com di lokasi, Rabu (27/11/2013), sumur dalam tersebut terletak di belakang Balai Desa Mundu. Dari atas tanah, terlihat pipa besar berwarna biru yang mengarah menuju ke bak penampungan air. Bak tertutup yang khusus digunakan untuk menampung air bersih dari sumur dalam tersebut bisa menampung sekitar 30.000 liter.

Kepala Desa (Kades) Mundu, Waluyo, kepada wartawan mengatakan sumur dalam bantuan DPU Klaten itu dibuat sekitar 2006 silam. Menurutnya, warga sangat menanti-nanti keberadaan satu-satunya sumur dalam yang dimiliki Desa Mundu. Bahkan, warga juga sudah membangun jaringan pipa dari bak penampungan menuju rumah mereka secara swadaya.

Usai diserahterimakan, sumur yang memiliki kedalaman 115 meter tersebut sempat digunakan warga. Namun, belum genap sebulan dioperasikan, mesin sumur dalam tersebut rusak.

“Entah kenapa tiba-tiba tidak sampai sebulan mesin sumur dalam itu rusak dan sampai saat ini mangkrak.”

Pihaknya sangat menyayangkan kerusakan mesin tersebut. Padahal, menurutnya, debet air yang keluar dari sumur tersebut sangatlah banyak. “Air yang keluar dari sumur itu sangat banyak, bisa mencukupi hingga 500 kepala keluarga (KK) di desa kami,” ujarnya.

Lebih rinci, 500 KK itu terdiri atas warga dari enam dusun, yakni Kebon Pakel, Ringin Sari, Bodeh, Mundu, Kebrok dan Margo Asri. Kini, warga Mundu harus membeli air dari tangki karena sulit memperoleh air bersih saat musim kemarau. Saat musim penghujan tiba, warga baru bisa memanfaatkan hujan untuk dijadikan sumber air.

Lebih lanjut, Waluyo mengungkapkan jumlah warga yang mempunyai sumur bisa dihitung. “Warga yang punya sumur sendiri sangat sedikit. Kalau ingin membuat sumur kedalamannya harus mencapai 50 meter, itu pun belum tentu bisa keluar air,” tandasnya.

Dia berharap pemerintah segera memberikan bantuan berupa perbaikan mesin sumur dalam tersebut. “Alangkah lebih baik lagi jika mesin tersebut diganti yang bersumber dari tenaga listrik, sebab lebih murah. Kalau saat ini masih menggunkan diesel, ongkosnya cukup mahal.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya