SOLOPOS.COM - Siswa kerja bakti mencabut paku yang tertancap di pohon di kawasan Alun-Alun Sukoharjo, Selasa (27/10/2015). Kegiatan itu untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Sumpah pemuda di Sukoharjo, puluhan siswa dan mahasiswa ikuti kerja bakti membersihkan alun-alun Sukoharjo.

Solopos.com, SUKOHARJO—Sebanyak 50 Anak Duta Lingkungan Hidup Indonesia (ADLHI ) Sukoharjo memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan membersihkan lingkungan sekitar Alun-Alun Satya Negara Sukoharjo, Selasa (27/10/2015). Kegiatan kerja bakti itu sekaligus sebagai kritik sosial agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) lebih peduli terhadap lingkungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di lokasi sebelum berkegiatan para siswa dari beberapa SD itu menyanyi dan mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda secara bersama-sama. Selain itu ada 20 mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo dan perwakilan dari kelompok pencinta lingkungan Lastday 29 turut terlibat dalam kegiatan itu. Spanduk bertuliskan Sumpah Pemuda Adalah Sumpahku Mencintai Lingungan Hidupku terpampang di depan mereka.
Selanjutnya sebagian anak mencabut paku yang tertancap di pepohonan sekitar alun-alun menggunakan tang. Sebagian lagi memupuk pepohonan menggunakan pupuk hayati produksi Sukoharjo, ciunik. Selepas itu mereka mengecat tembok pagar kantor DPRD Sukoharjo bagian belakang yang dikotori tulisan-tulisan.

Koordinator kegiatan, Bimo Wijanarko, kepada wartawan menyampaikan acara tersebut digelar untuk melatih anak-anak agar mencintai lingkungan. Sebagai duta lingkungan hidup mereka harus dapat memberi contoh yang baik bagi teman-teman mereka. Kegiatan tersebut hanya simbolis. Para peserta diharapkan bisa menerapkan kebiasaan memelihara lingkungan di lingkungan masing-masing.
Lebih jauh lagi, lanjut lelaki yang biasa disapa Kokor itu, kegiatan tersebut untuk menyentil Pemkab agar lebih memperhatikan lingkungan. Dia prihatin karena warga Sukoharjo belum memiliki kesadaran mencintai lingkungan. Bahkan, kesadaran kecil seperti menjaga pepohonan agar tetap lestari pun minim sekali. Banyak pepohonan, terutama yang tertanam di tepi jalan, dipenuhi paku. Padahal, semua orang pasti tahu bahwa pohon tidak boleh dipaku.

“Berbagai sarana promosi dipaku di pohon. Pemasang tak pernah mencabutnya. Bahkan, sarana kampanye pun juga dipaku di pohon. Saya miris melihatnya. Kesadaran agar tidak merusak lingkungan ini yang harus ditanamkan kepada anak-anak. Agar, jangan sampai mereka mengikuti jejak orang-orang yang merusak lingkungan itu,” kata Kokor.

Tak sekadar itu, lanjut dia, hingga sekarang Pemkab juga belum memiliki solusi atas maraknya aksi vandalisme. Menurut dia vandalisme tidak boleh dibiarkan. Selain merusak pemandangan, aksi coret-coret sembarangan itu juga merugikan. Sebab, kebanyakan media yang dicoret merupakan properti milik pribadi, instansi swasta, dan pemerintah.

Salah satu anggota ADLHI, Ringga Wahyu Syahputra, 10, sangat senang bisa menjadi duta lingkungan hidup. Dia suka kegiatan bersih-bersih lingkungan di sekitar rumahnya. Hanya, dia kadang sulit mencabut paku karena tak kuat.

“Mencabut pakunya ada yang susah banget,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya