SOLOPOS.COM - ilustrasi (istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Dulu, Jl. Raya Sragen-Batu Jamus di Sragen awalnya bernama Jl. Sumeni. Nama jalan itu diberikan Bupati Untung Wiyono pada 2004 untuk mengenang jasa perempuan bernama Sumeni terhadap kemerdekaan Indonesia. Bahkan, saat peresmian nama Jl. Sumeni itu digelar pentas wayang kulit semalam suntuk.

Sayang, pada 2016, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengubahnya menjadi Jl. Raya Sragen-Batu Jamus. Nama Sumeni lama-lama pudar dalam ingatan warga Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Siapakah sebenarnya Sumeni? Banyak warga Sragen yang kini tak tahu siapa Sumeni. Bahkan ada yang bingung, Sumeni itu laki-laki atau perempuan.

Menyadur artikel tentang Sumeni yang dirilis situs disdikbud.sragenkab.go.id, Sumeni adalah seorang perempuan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sragen. Ia adalah seorang mata-mata yang berjasa untuk menggagalkan serangan tentara Belanda. Sepak terjangnya di berlangsung dari 1947 yakni setelah agresi militer Belanda I hingga 1950 setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda.

Ekspedisi Mudik 2024

Perempuan lulusan Mulo Solo dan aktif di Laskar Wanita Indonesia (Laswi) ini masyhur berkat keberhasilannya “menjinakkan” belasan tentara Belanda.

Baca Juga: Makam Pangeran Sukowati Sragen akan Dijadikan Wisata Religi dan Edukasi

Setelah agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Sumeni ditugaskan ke Sragen. Karena masih berstatus pelajar, Sumeni yang saat itu masih berusia 18 tahun, diminta bergabung dalam kesatuan Tentara Pelajar di Sragen. Ia diberi pangkat prajurit dua.

Meski masih sangat mudah, Sumeni diberikan tugas yang tergolong berbahaya, yakni menjadi telik sandi alias mata-mata. Ia harus mengumpulkan informasi tentang kekuatan militer Belanda yang saat itu bermarkas di Pabrik Gula Modjo.

Taktik Legendaris

Caranya agar bisa masuk ke PG Modjo tak dicurigai sangat melegenda. Ia menyamar dan mencoba mendekati para meneer PG Modjo. Hasilnya, ada salah satu sinder alias pengawas yang tertarik pada Sumeni dan kemudian menikahinya.

Berkat pernikahan tersebut, akses Sumeni ke berbagai lokasi di dalam PG Mojo terbuka lebar. Pergaulan Sumeni tak hanya di antara pegawai pabrik, namun meluas hingga kalangan serdadu Belanda. Sumeni pun sukses mendulang informasi kekuatan militer Belanda di PG Mojo.

Baca Juga: Pabrik Senjata & Goni Pernah Berdiri di Gondang Sragen

Berkat Sumeni, Pemerintah Indonesia tahu mengenai kekuatan militer Belanda di PG Modjo yang punya 3 kompi (setara 300 serdadu bersenjata) meliputi prajurit dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KST).

KNIL adalah tentara reguler Kerajaan Hindia Belanda. Sedangkan KST adalah pasukan khusus Negara Belanda.

Selain itu, berkali-kali rencana pergerakan militer Belanda dibocorkan Sumeni kepada komandan pejuang Republik Indonesia di Sragen, Mayor Hartadi. Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang.

Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang sedang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.

Tugas mata-mata Sumeni paling fenomenal terjadi pada Mei 1949. Ia berhasil membujuk satu peleton prajurit KNIL membelot meninggalkan markas PG Modjo dan bergabung dengan pejuang Republik.

Baca Juga: Mengenal Badran di Sragen, Tempat Deklarasi RM Sujono Jadi Mangkubumi

Para serdadu yang berhasil dibujuk Sumeni adalah prajurit KNIL dari kalangan bumiputera alias warga Indonesia. Mereka membawa serta persenjataan modern dan berbalik melawan militer Belanda.

Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang. Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.

Sumeni mengakhiri tugas sebagai telik sandi di Sragen pada tahun 1950, setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949. Selama bertugas, aksi mata-mata Sumeni tak pernah tercium Belanda.

Sayangnnya, tak banyak informasi tentang Sumeni setelah itu. Foto dan alamat rumahnya tak dapat ditemukan. Termasuk soal kisah kehidupan rumah tangganya dengan seorang sinder PG Modjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya