SOLOPOS.COM - Proses pemasangan pipa saluran air dari sumber air menuju lingkungan yang lebih dekat dengan warga di sebuah desa di Kecamatan Pracimantoro, tahun 2019. (Istimewa/Warsito)

Solopos.com, WONOGIRI — Masalah penyediaan air bersih bagi masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Sulitnya menemukan sumber air baku, khususnya di Wonogiri bagian selatan, menjadi kendala terbesar pengentasan kekeringan permanen di Kabupaten Gaplek tersebut.

Data yang dihimpun Solopos.com, pada 2021 Pemkab Wonogiri menggelontorkan Rp18,7 miliar untuk membangun instalasi air bersih di 12 kecamatan. Kecamatan itu meiliputi Eromoko, Giritontro, Giriwoyo, Kismantoro, Manyaran, Paranggupito, Pracimantoro, Purwantoro, Slogohimo, Tirtomoyo, Sidoharjo, dan Girmarto.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri, Bambang Agus Rinanto, mengatakan penyediaan air bersih di Pracimantoro sudah dianggap selesai. Sementara di kecamatan lain seperti Paranggupito dan Giritontro masih terkendala sumber air baku. Pemerintah masih terus berupaya mencari sumber air baku di sana.

“Untuk di Pracimantoro kami anggap [penyediaan air bersih] sudah selesai. Memang masih ada beberapa rumah yang belum mendapatkan air bersih. Hal itu karena keadaan geografis yang tidak memungkinkan. Itu kami anggap sebagai anomali,” kata Bambang saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (13/7/2022).

Beberapa rumah itu tetap bisa mendapatkan air bersih melalui hidran umum yang telah dipasang di permukiman yang sudah mendapatkan layanan air bersih.

Baca Juga: 7 Kecamatan Rawan Kekeringan, BPBD Boyolali Buat Sumur Dalam

Penyediaan air bersih dilakukan dengan cara membangun sumur bor, sumber mata air terlindungi, jaringan sistem penyediaan air minum, hingga penambahan jaringan distribusi dari sumber air yang sudah terlebih dahulu digunakan.

“Jadi tidak semua harus berasal dari sumber air baru. Bisa saja dari sumber air yang sudah digunakan, tapi karena debit airnya masih cukup untuk dilakukan penyaluran, maka ditambah jaringan distribusinya ke tempat lain,” jelas Bambang.

Anggaran Berkurang

Dia melanjutkan, pada 2022 Pemkab menganggarkan lebih kurang Rp7 miliar dari dana alokasi khusus (DAK) untuk penyediaan air bersih. Tahun ini akan ada 11 lokasi yang dibangun sarana penyediaan air bersih di beberapa kecamatan bertanah karst.

Anggaran penyediaan air bersih berkurang dari tahun lalu karena pemerintah terlebih dahulu fokus pada pengentasan stunting.

Baca Juga: Ini Sebaran Desa Rawan Krisis Air Bersih di Karanganyar

Di sisi lain, akses air minum layak di Wonogiri mencapai 88,23 persen. Akses air minum layak adalah akses sumber air dari jaringan SPAM desa, program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat atau Pamsimas, sumur bor, PDAM, dan mata air terlindungi.

Kecamatan Karangtengah dan Paranggpuito merupakan daerah paling rendah capaian air minum layak, masing-masing sebesar 18,79 persen dan 33,08 persen. Kecamatan Puhpelem merupakan satu-satunya kecamatan capaian air minum layak mencapai 100 persen. Sementara kecamatan lain berada sekitar 90 persen.

Meski demikian, akses air minum aman di Wonogiri terbilang rendah, yaitu hanya 25,94 persen. Air minum aman merupakan sumber air dari kegiatan Pamsimas dan layanan PDAM.

Kecamatan Wuryantoro menjadi daerah yang paling tinggi mendapatkan akses air minum aman sebesar 43,38 persen. Sedangkan Kecamatan Karangtengah dan Kismantoro paling rendah dalam mendapatkan layanan air minum aman. Masing-masing hanya 3,61 persen dan 3,42 persen.

Baca Juga: Ribuan Jiwa di 7 Kecamatan di Karanganyar Rawan Krisis Air Bersih

Jangka Panjang

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo, menyampaikan rendahnya presentase capaian air minum layak dan aman tidak berarti tidak tersedia air. Hanya, air yang dikonsumsi masyarakat tidak bersumber dari air layak konsumsi.

“Kalau berdasarkan data, daerah dengan presentase capaian air minum layak dan aman rendah, air konsumsi yang digunakan masyarakat banyak bersumber dari penampungan air hujan (PAH), tangki , dan sungai atau danau,” ujarnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, menuturkan ada tiga cara dalam penanganan kekeringan Tergantung durasinya yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang. Pemkab Wonogiri memilih mengentaskan kekeringan jangka panjang.

“Kalau jangka pendek, setiap kali musim kemarau, pemerintah memberikan bantuan air menggunakan tangki. Itu tidak bisa menyelesaikan akar masalah,” ucap dia.

Baca Juga: Debit Sumber Air di Sukoharjo Menyusut, Mulai Kekeringan?

Oleh karena itu, Pemkab memiliki program pengentasan kekeringan jangka panjang. Caranya dengan membangun jaringan air bersih dengan memanfaatkan sumber-sumber air.

“Selain itu, dengan cara mengoptimalkan embung-embung air yang sudah ada. Embung air dan waduk direvitalisasi sehingga fungsinya bisa dimanfaatkan masyarakat, terlebih ketika musim kemarau yang rawan kekeringan,” jelas kepala BPBD Wonogiri itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya