SOLOPOS.COM - Plang Jl Majapahit di Kota Bandung, Jawa Barat. (Twitter)

Solopos.com, SOLO — Selama ini ada banyak perbedaan dalam budaya dan keseharian warga Suku Jawa dan Sunda. Hal ini tidak terlepas dari sejarah yang mencatat adanya peperangan antara kedua belah pihak sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Perang Bubat yang terjadi antara Kerajaan Majapahit dan Sunda sekitar abad ke-14 Masehi menjadi latar belakang perbedaan yang sangat kentara dari Suku Jawa dan Sunda. Bahkan konon perang ini mengakibatkan munculnya mitos larangan pernikahan antara dua orang dari suku yang berbeda tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari Antara, Kamis (9/12/2021), perang ini berawal dari perselisihan antara Patih Gajahmada dari Majapahit dengan Prabu Mahajara Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat. Perang ini mengakibatkan kematian seluruh rombongan Sunda. Konon, peristiwa inilah yang membuat orang Sunda dan Jawa tidak bisa disatukan, terutama dalam pernikahan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Beda dari Batak, Suku Jawa Tak Punya Marga, Kenapa?

Gubernur Jawa Barat kala itu, Ahmad Heryawan, menyebutkan ada emosi kolektif antara warga Sunda dan Jawa akibat perang tersebut. Sampai tidak ada nama Jalan Majapahit atau Gajah Mada di Jawa Barat dan Jalan Pajajaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ahmad Heryawan pun mencoba mengakhiri “perselisihan’ yang terjadi selama 661 tahun antara kedua suku tersebut melalui rekonsiliasi budaya, khususnya melalui penamaan jalan. Pada 6 Maret 2018, tiga kepala daerah dari Jawa dan Sunda berkumpul di Hotel Bumi Surabaya. Ketiga orang itu adalah Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dan Ahmad Heryawan selaku Gubernur Jawa Barat.

Baca juga: 3 Lokasi di Gunung Muria Ini Cocok Lokasi Proyek Nuklir, Tapi…

Salah satu bentuk rekonsiliasi keakraban budaya itu adalah menghadirkan Jalan Sunda dan Jalan Padjadjaran di Kota Surabaya. Sementara di Jawa Tengah ada Jalan Sunda dan Jalan Diponegoro. Maka di Jawa Barat hadir pula Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk.

Rekonsiliasi budaya Jawa-Sunda melalui nama jalan itu disambut baik budayawam Yayat Hendayana. Dia menilai hal ini merupakan langkah baik untuk memperbaiki sejarah kelam antara dua suku terbesar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya