SOLOPOS.COM - Terkait bantuan subsidi upah (BSU) 2023 apa cair lagi, Kemnaker memberikan penjelasan. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO –Kalangan pelaku usaha memperkirakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen bakal berdampak merata terhadap seluruh sektor industri.

Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen diperkirakan berdampak merata terhadap sektor industri.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Disusul laju inflasi masih di atas lima persen serta perekonomian nasional yang belum pulih sepenuhnya akibat dihantam badai pandemi Covid-19.

Kondisi tersebut berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang kian menurun.

Kenaikan suku bunga berdampak luas bagi kalangan pelaku usaha di berbagai sektor. Hal ini dipengaruhi pergeseran minat masyarakat dari konsumsi ke saving atau menyimpan dananya di bank.

Hal itu berdampak pada berkurangnya peredaran uang cash di pasar. Sehingga daya beli masyarakat turun.

“Sektor riil bakal terhambat yang berpotensi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga banyak pengangguran. Tidak hanya sektor property melainkan sektor industri lainnya. Daya beli masyarakat juga menurun,” kata Ketua Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana Sehat Nasional (Apernas) Soloraya, Budiono, saat diwawancarai Solopos.com, Senin (23/1/2023).

Perbankan atau lembanga keuangan bakal lebih selektif memberikan akses kepada pengusaha dengan memantau rekam jejaknya. Tidak semua pengusaha mendapatkan akses keuangan serupa lantaran kenaikan suku bunga.

Menurut Budiono, kenaikan suku bunga berefek panjang bagi sektor industri.

“Omzet pengusaha bisa berkurang. Pengusaha bakal kesulitan dengan kondisi sekarang. Jadi kenaikan suku bunga memiliki efek yang sangat panjang. Aktivitas ekonomi kan multiplier effect, jika tak ada aktivitas ekonomi ya dampaknya juga sangat luas, baik bagi pengusaha maupun masyarakat,” ujar dia.

Kondisi tersebut ditambah laju inflasi di atas lima persen serta kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih. Laju inflasi di Kota Solo sepanjang 2022  sebesar 7,03 persen atau melampaui inflasi provinsi dan nasional di kisaran lima persen. T

ingginya laju inflasi itu menimbulkan harga bahan baku dan biaya produksi ikut terkerek naik.

Belum lagi ditambah kenaikan tarif listrik dan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen.

“Menurut saya, menaikkan suku bunga bukan salah satu jalan. Pemerintah jangan berfokus saja pada penekanan inflasi sektor pangan. Itu penting namun harus menaikkan daya beli masyarakat. Contohnya, lebih baik masyarakat bisa membeli Mitsubishi Pajero senilai Rp700 juta ketimbang tidak bisa membeli Daihatsu Xenia yang harganya lebih murah Rp160 juta,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya