SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, Solo – Nama Didi Kempot kembali menjadi sorotan warga Indonesia, terutama kaum muda. Penyanyi campursari ini sukses bikin ambyar dengan berbagai lagunya bertema patah hati. Istilah tersebut sering dipakai penggemar Didi Kempot, Sad Bois dan Sad Gerls, atau biasa disebut Sobat Ambyar.

Kini, penyanyi kondang asal Solo, Jawa Tengah, itu mendapat gelar The Godfather of Broken Heart alias Bapak Patah Hati Nasional. Julukan itu diraih Didi Kempot karena kepiawaiannya membawa pendengar larut dalam emosi ketika mendengar lantunan suara merdunya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

The Godfather of Broken Heart

Julukan The Godfather of Broken Heart tercetus saat Didi Kempot tampil di acara Bakdan Ing Balekambang di Taman Balekambang Solo, 9 Juni 2019. Kemudian, gelar The Godfather of Broken Heart disahkan dalam Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal Solo Sad Bois Club, di Rumah Blogger Indonesia,15 Juni 2019.

Ekspedisi Mudik 2024

Perlu diketahui, sebenarnya titel The Godfather sebelumnya pernah diberikan kepada penyanyi Amerika Serikat, James Brown, pada 1973 silam. Dilansir Wikipedia, dia dijuluki The Godfather of Soul. Julukan itu diberikan karena dia mampu mengaduk emosi pendengar lewat lagunya yang menjadi soundtrack Slaughter’s Big Rip-Off.

Secara tidak langsung Didi Kempot disamakan dengan James Brown karena piawai mengaduk emosi pendengar lewat alunan lagu yang menyayat hati. Kesuksesan pria yang bernama asli Didik Prasetyo tersebut tentunya tak datang begitu saja. Ia meraih impiannya menjadi musisi terkenal dengan tekad kuat dalam waktu yang cukup panjang.

Berawal dari pengamen

Dipantau Solopos.com melalui channel Youtube Hook Space atau Ruang Ngibul, Rabu (4/9/2019), Didi Kempot memulai kariernya pada 1984 sebagai pengamen. Bermodalkan ukulele dan gendang, penyanyi kondang Didi Kempot mulai mengamen di kota kelahirannya Solo, Jawa Tengah, selama tiga tahun (1984-1986).

Setelah menjalani kehidupannya sebagai pengamen di Solo, Didi Kempot mengadu nasib ke Jogja. Didi Kempot menjadikan Malioboro sebagai tempat unjuk kebolehan. Selama itu, Didi Kempot menyanyi lagu keroncong dangdut (congdut) yang kemudian dikenal masyarakat dengan musik campursari.

Pada 1988 penyanyi campursari asal Solo tersebut mulai menginjakkan kaki di Jakarta. Dilansir Okezone, Didi Kempot kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senen. Nah, saat inilah julukan Kempot yang merupakan kependekan dari kelompok pengamen trotoar terbentuk.

Tuah lagu Cidro

Sembari mengamen di Jakarta, Didi Kempot dan temannya mencoba rekaman. Kemudian, mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio. Tepat di 1989, Didi kempot mulai meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah Cidro.

Lagu Cidro diangkat dari kisah asmara Didi Kempot yang gagal. Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Itulah yang membuat lagu Cidro begitu menyentuh hingga membuat pendengar terbawa perasaan. Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagi bertema patah hati.

Dihimpun melalui channel Youtube SuaraVid Present, perjalanan karier Didi Kempot tak berhenti di situ saja. Pada 1993, penyanyi asal Solo tersebut mulai tampil di luar negeri, tepatnya di Suriname, Amerika Selatan. Lagu Cidro yang dibawakan sukses meningkatkan pamornya sebagai musisi terkenal di Suriname.

Setelah Suriname, Didi Kempot lanjut menginjakkan kakinya di benua Eropa. Pada 1996, ia mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda. Kemudian, Didi Kempot pulang ke Indonesia pada 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Tak lama setelah pulang kampung, pada era reformasi, 1999, dia mengeluarkan lagu Stasiun Balapan.

Kembalinya Didi Kempot ke Indonesia ternyata membuat kariernya semakin moncer. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya lagu-lagu baru di awal 2000-an. Dilansir Wikipedia, beberapa lagunya adalah Plong (2000), Ketaman Asmoro (2001), Poko’e Melu (2002), Cucak Rowo (2003), Jambu Alas (2004), dan Ono Opo (2005).

Nama Didi Kempot kembali meroket setelah mengeluarkan lagu Kalung Emas pada 2013 lalu. Kemudian pada 2016, penyanyi asal Solo tersebut mengeluarkan lagu Suket Teki. Lagu tersebut juga mendapatkan apresiasi yang tinggi dari warga Indonesia.

Idola milenial

Perjalanan karier Didi Kempot yang berliku hingga mencapai kesuksesan seperti saat ini tidak membuatnya sombong. Pria berusia 52 tahun itu kini menjadi idola generasi milenial yang akrab dengan media sosial.

Sebagai penyanyi senior, Didi Kempot memperlakukan penggemar layaknya sahabat. Dia bahkan tidak ragu mengajak penggemarnya bernyanyi bersama di panggung. Dia juga sering memberikan motivasi kepada penggemarnya agar tidak menyerah untuk berkarya agar sukses.

“Ternyata dengan berkarya terus-menerus, akhirnya memetik hasilnya semacam ini [menjadi sukses],” terang Didi Kempot dalam program talkshow yang dipandu Rosianna Silalahi di Kompas TV beberapa waktu lalu.  (Egitya Eryaningwidhi/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya