SOLOPOS.COM - Kondisi di dalam salah satu bus bumel trayek Solo-Jogja. (Solopos.com/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO Nasib bus bumel di berbagai daerah di Soloraya sangat memprihatinkan. Bus trayek Solo-Wonogiri, Solo-Sragen, hingga Solo-Jogja yang pernah berjaya kini kian semakin meredup pamornya. Tercatat masih ada ribuan bus ekonomi atau yang jamak disebut bus bumel yang beroperasi di Jawa Tengah atau Jateng.

Kisah merana bus bumel di Soloraya diceritakan pada awak bus kepada Solopos.com beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ya seperti ini [sepi] keadaan setiap hari. Penumpangnya sepi. Apalagi sejak ada pandemi Covid-19. Semua jadi kacau. Bayangkan saja, dari sembilan bus yang ada, kami hanya menjalankan dua bus. Semua PO bus mengalami hal serupa. Tidak hanya kami,” kata Mulyanto kondektur PO Raya.

Dari pengurangan bus tersebut mengakibatkan permasalahan pada kru atau karyawan. Jumlah kru bus PO Raya sedikitnya 27 orang. Setiap bus berisi tiga orang, terdiri dari sopir dan dua kondektur.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan hanya dua bus yang beroperasi, mereka harus bergantian bertugas. Misalnya, setiap satu pekan sekali, mereka harus bergantian mengoperasikan bus. Keadaan tersebut tidak bisa dihindari agar para kru bus tetap memiliki pendapatan.

Baca Juga: Penumpang Bus Perintis Solo-Sukoharjo, Bekerja Hingga Sekadar Nostalgia

Kondektur bus PO Raya lain, Widadi, mengungkapkan bus bumel trayek Solo-Pracimantoro pernah berjaya pada era 1980 hingga awal tahun 2000.

Kala itu, tidak ada cerita bus bumel sepi penumpang. Berangkat dari manapun, penumpang pasti tetap ada. Bus bumel mulai redup pada era 2005 hingga 2010-an.

“Saat itu orang-orang sudah mulai beralih ke sepeda motor. Jadi nasib kami sekarang ini seperti hidup segan, mati pun tak mau,” katanya.

Meski terus meredup, jumlah bus bumel di Soloraya dan Jawa Tengah tergolong masih banyak. Data Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Tengah yang dimuat di laman Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menyebutkan bus dalam provinsi kategori lambat atau bumel jumlahnya mencapai  3.759 unit bus.

Baca Juga: Kisah Penumpang Bus Solo-Jogja: Puluhan Tahun Setia Apa Pun Kondisinya

Bus bumel dalam provinsi ini melayani 15.036 rit perjalanan. Sedangkan bus dalam provinsi dengan kategori cepat mencapai 70 unit dengan frekuensi 280 rit.

Sedangkan bus AKAP atau antar provinsi di Jateng dengan kategori ekonomi atau bumel jumlahnya mencapai 402 unit bus dengan frekuensi 804 rit. Bus nonekonomi atau bus patas yang melayani rute antar provinsi jumlahnya jauh lebih banyak yaitu 2.670 unit bus dengan frekuensi 5.340 rit.

Selain memiliki jumlah bus bumel dan patas yang cukup banyak, Jateng juga memiliki perusahaan otobus atau PO yang cukup banyak. Tercatat ada 326 PO yang tersebar di 35 kabupaten dan kota.

Data tersebut menyebutkan Sukoharjo menjadi satu-satunya daerah di Jateng yang tidak memiliki bus bumel. Di Sukoharho tercatat ada satu PO. Perusahaan otobus itu memiliki 18 bus nonekonomi alias patas untuk melayani rute antarprovinsi atau AKAP. Sebanyak 18 bus itu melayani 36 rit perjalanan.

Baca Juga: Wujud Bus Bumel Setan Rute Solo-Wonogiri, Pernah Naik?

Selain itu, di Sukoharjo tercatat ada 17 bus cadangan untuk  dalam provinsi dan dua bus luar provinsi.

Di Jateng, bus lambat untuk dalam provinsi paling banyak berada di Banyumas yaitu 335 unit yang melayani 1.340 rit/frekuensi perjalanan.

Di urutan berikutnya ada Wonosobo dengan 326 bus bumel untuk dalam provinsi dengan 1.304 rit perjalanan. Dan di urutan ketiga ada Temanggung dengan 228 bus yang frekuensi perjalanannya mencapai 912 rit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya