SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Suhu udara di Kota Semarang dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah (Jateng) akhir-akhir ini sangat dingin. Namun, suhu udara itu tak sebanding dengan cuaca yang terik saat siang hari.

Menurut Stasiun Klimatologi Kelas 1 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang menilai penyebab utama suhu dingin yang terjadi belakangan ini sebagai pertanda datangnya musim kemarau.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Seksi (Kasi) Data dan Infromasi (Datin) Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kota Semarang, Iis Widya Harmoko, mengatakan pada saat musim kemarau di Indonesia, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Tekanan udara di Australia yang cukup tinggi itu menyebabkan terbentuknya antisiklon di daerah tersebut dan massa udara di Australia yang bersifat dingin dan kering.

Sementara di Asia, termasuk Indonesia, mengalami musim panah yang terdapat daerah tekanan rendah dan terbentuk siklon.

“Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia dan rendah di Asia ini menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia, melewati Indonesia, yang kemudian dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia,” ujar Iis saat dihubungi Semarangpos.com, Jumat (21/6/2019).

Iis menambahkan massa udara dingin ini semakin signifikan sehingga menyebabkan implikasi pada penurunan suhu udara pada malam dan dini hari, khususnya di wilayah Jawa.

Selain itu, tutupan awan di wilayah Jawa yang relatif sedikit membuat pantulan panas dari bumi dari sinar matahari tidak tertahan awan, tetapi langsung terbuang dan hilang ke angkas.

“Hal itu juga menyebabkan suhu udara musim kemarau menjadi lebih dingin daripada suhu udara musim hujan. Di Semarang suhu udara maksimum bisa mencapai 31-33 derajat celcius saat siang hari dan bisa mencapai 21-23 derajat Celcius pada pagi hari,” imbuhnya.

Selain itu, pada musim kemarau kandungan air di dalam tanah juga semakin menipis. Kandungan uap air di udara juga rendah, indikasinya bisa dilihat dari rendahnya kelembaban udara. Hal itu juga berpengaruh terhadap bertambahnya dinginnya udara.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kota Semarang, Tuban Wiyoso, mengatakan suhu udara yang dingin di kawasan perkotaan atau dataran rendah belum seberapa jika dibandingan di pegunungan atau dataran tinggi.

“Kalau di dataran rendah, temperaturnya bisa turun sampai 22 derajat Celcius, di wilayah pegunungan bisa tambah dingin. Bisa mencapai 10 derajat celcius, untuk permukaan tanahnya bisa mencapai 4 derajat celcius bahkan membeku,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya