SOLOPOS.COM - Anak-anak bersama orang tuanya memakai topi payung untuk melindungi diri dari sengatan matahari saat berjalan melintasi jalur pedestrian di Jl. Ir. H. Juanda, Pucangsawit, Jebres, Solo, Kamis (22/4/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, JAKARTA -- Anda merasa belakangan ini suhu udara terasa begitu panas tak seperti biasanya? Memang, peningkatan suhu udara terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Apakah ini akibat heatwave atau gelombang panas? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjawab bukan. "Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial," kata Deputi Bidang Meteorologi Guswanto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/5/2021).

Promosi BRI Peduli Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Banjir di Sumbar dan Jabar

Lantas, apa itu heatwave? Guswanto menjelaskan menurut WMO (World Meteorological Organization), heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celsius atau 9 derajat Fahrenheit atau lebih.

Ekspedisi Mudik 2024

Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika. Secara dinamika atmosfer, hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas.

Baca Juga: Kena Deh, Tambahan Penghasilan 3 ASN Ini Dipangkas Gara-Gara Bolos Seusai Lebaran

Seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama. Adapun, secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.

"Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau heatwave," jelasnya.

Musim Kemarau

Pada pertengahan Mei 2021, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19 derajat Lintang Utara. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 16 Mei 2021 tercatat berkisar antara 33 - 35,2 derajat Celsius dengan suhu maksimun 35,2 derajat Celsius terjadi di Surabaya.

Baca Juga: Menanti Langkah Pimpinan KPK Selepas Instruksi Jokowi agar Novel Baswedan Cs Tak Dipecat

Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal. Di mana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah.

"Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau di mana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari. Sehingga masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," ujar Guswanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya