Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Seperti diuraikan dalam buku Laksamana Sudomo: Mengatasi Gelombang Kehidupan karya Julius Pour, kiprah pertama Sudomo adalah masa perjuangan kemerdekaan. Sebagai perwira muda berpangkat letnan, Sudomo yang membuka karirnya di Angkatan Laut melalui pendidikan di Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) Cilacap itu menjadi anak buah Mayor Laut John Lie, yang memimpin kapal untuk menembus blokade laut Belanda untuk menyelundupkan aneka barang mentah produksi Indonesia ke Thailand untuk dibarter dengan uang dan berbagai keperluan penunjang perjuangan negara Indonesia. Mayor John Lie ini yang kemudian terkenal sebagai The Great Smuggler with the Bible, alias Si Penyelundup Besar Pembawa Injil, karena John Lie memang suka membawa kitab Injil di kapalnya.
Sudomo kemudian mengikuti banyak operasi militer besar seperti operasi penumpasan pemberontak PRRI di Sumatra, Permesta di Sulawesi dan Republik Maluku Selatan (RMS) dalam posisi penting seperti selaku kepala staf operasi. Dia juga ikut dalam Operasi Mandala dalam rangka perebutan Irian Barat dalam posisi sebagai Komandan Satuan Tugas Chusus (STC)-9, yang merupakan satuan penyusup berkekuatan kapal jenis motor torpedo boat (MTB). Kapal-kapal di bawah komandonya inilah yang kemudian terjebak kepungan kapal perang Belanda di Laut Aru, yang mengakibatkan tenggelamnya kapal Matjan Tutul bersama Deputi Operasi AL Komodor Yos Sudarso. Dalam operasi perebutan Irian Barat inilah Sudomo yang lantas menjadi panglima unsur laut mulai kenal dengan Soeharto, yang menjadi Panglima Komando Mandala, yang merupakan panglima utama operasi.
KopkamtibDi awal era Orde Baru, Sudomo naik menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut. Dalam benaknya kala itu, seperti diungkap dalam bukunya, Sudomo tak lagi membayangkan posisi lain karena KSAL adalah jenjang karier tertinggi. Namun ternyata dia kemudian ditarik masuk struktur Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), lembaga yang dibentuk Presiden Soeharto di awal masa jabatannya untuk mengendalikan semua operasi keamanan dalam negeri. Sudomo menjadi wakil panglima mendampingi Jenderal TNI Soemitro yang menjadi panglimanya.
Di lembaga inilah nama Sudomo cukup melekat kuat karena dia kemudian menjadi Wakil Panglima ABRI sekaligus Pangkopkamtib. Pada masa jabatannya, terjadi banyak peristiwa seperti Malari, aksi-aksi demo mahasiswa yang lantas membuat semua organisasi mahasiswa diberangus dan dikendalikan melalui program pemerintah NKK (normalisasi kehidupan kampus), pembajakan pesawat Garuda Woyla dan sejumlah gejolak keamanan lain.
Di masa inilah, nama Sudomo tersangkut pada sebuah kasus yang sempat menggoyang dunia politik saat itu. Semuanya berakar pada kasus persidangan kredit macet kelompok usaha Golden Key milik pengusaha Eddy Tanzil di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Saat itu terungkap, Sudomo pernah memberikan surat referensi pada Eddy Tanzil dalam rangka pengajuan kredit investasi. Meski hiruk pikuk politik saat itu cukup panas, akhirnya Sudomo pun hanya menjadi saksi dalam pengadilan Eddy Tanzil. Dia pun mengakhiri masa jabatannya selaku Ketua DPA dengan baik.