SOLOPOS.COM - Ilustrasi motor listrik di Agats. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Motor listrik bukan kendaraan baru bagi warga Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan. Di wilayah ini, motor listrik sudah ada sejak 17 tahun lalu.

Bahkan, jumlah motor listrik di Agats mencapai 5.000 atau sekitar 99% dari populasi motor di wilayah itu. Agats adalah ibu kota Kabupaten Asmat di Provinsi Papua Selatan dan berada di pesisir menghadap Laut Arafura.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Agats adalah kawasan delta di muara Sungai Asewets di daerah dataran rendah pasang surut dan saat air pasang, maka dapat naik hingga 5 meter di atas permukaan laut.

Itulah sebabnya konstruksi infrastruktur di Agats didominasi oleh bangunan panggung, mulai dari bentuk rumah dan jalan kota rata-rata dibuat dari bahan kayu dan papan.

Sepintas, suasana kota memberi pemandangan unik karena semua berbentuk panggung dan Agats dijuluki sebagai Kota Papan meski situasi sekarang ada lebih dari 12 km ruas jalan telah dibeton.

Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Sabtu (15/7/2023), jalan-jalan di Agats telah disesaki oleh motor cas, nama beken dari motor listrik yang disematkan oleh warga sekitar.

Kehadiran motor cas yang saat ini populasinya mencapai hampir 5.000 unit atau 99 persen dari populasi motor di sana telah memberi fenomena tersendiri bagi warga sekitar.

Motor listrik dinilai lebih hemat energi, serta ramah lingkungan lantaran bebas polusi suara dan udara. Perawatannya lebih mudah dibandingkan motor konvensional dan telah menjadi alat transportasi andalan warga sekitar. Jika diasumsikan, setidaknya satu dari empat kepala keluarga di Agats memiliki satu unit motor cas.

Kemunculan motor cas di Agats seperti diwartakan Antara berawal pada 2006 ketika seorang warga pendatang asal Sulawesi Selatan bernama Erna Sabuddin membawa satu unit motor listrik karena dinilai cocok sebagai alat transportasi di darat.

Terlebih lagi, ketika itu sangat sulit untuk mendatangkan motor konvensional lantaran langkanya bahan bakar minyak jenis bensin di daerah tersebut. Kalau pun ada, maka harganya bisa selangit.

Motor cas milik Erna menarik perhatian Bupati Asmat kala itu, Yuvensius Alfonsius Biakai. Yuvensius yang menjabat selama dua periode, yakni 2005-2015, kemudian meminta Erna untuk mendatangkan satu unit lagi untuk dijadikan kendaraan dinas bupati.

Ia menilai motor listrik yang ukurannya saat itu lebih mungil dari motor berbahan bakar fosil sangat cocok dengan kondisi Agats serta bisa dilajukan di atas jalan papan karena bobotnya lebih ringan.

Seiring waktu, motor cas telah menjadi primadona masyarakat Agats karena membantu mobilitas mereka. Bahkan, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pernah pula menjajal sensasi mengendarai motor cas melintasi jalan panggung Agats saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Asmat, 12 Maret 2018 lalu.

Dengan menumpang motor listrik berkelir merah, Presiden Jokowi berkendara memboncengi Ibu Iriana dari lokasi helipad dekat pelabuhan menyusuri Jl Yos Sudarso yang berkonstruksi jalan panggung selebar 4 meter menuju Aula Wiyata Mandala sejauh 2,8 km.

Jadi Andalan Ojek

Keberadaan motor listrik turut memberi berkah untuk sebagian warga karena bermunculan tempat jual-beli motor cas, bengkel perbaikan dan penjualan onderdil, hingga jasa transportasi ojek.

Seorang penyedia jasa transportasi ojek, Herman Batmomolin mengatakan, dia bersama puluhan orang di Agats menjadikan motor listrik sebagai alat untuk mengantar penumpang di seputaran pasar dan pelabuhan.

“Saat waktu normal, saya bisa meraih penghasilan kotor Rp600.000 per hari. Bahkan, kalau ramai penumpang saya bisa mendapatkan Rp750.000,” kata Herman.

Motor listrik di Agats masih dikategorikan sebagai sepeda sehingga para pemiliknya tidak perlu memiliki surat tanda nomor kendaraan (STNK) maupun surat izin mengemudi (SIM).

Warga pemilik motor cas hanya diharuskan memiliki pelat tanda telah membayar retribusi kepada pemerintah daerah setempat yang diperbarui setahun sekali.

Bupati Asmat Elisa Kambu mengatakan saat ini masih belum ada infrastuktur penunjang kendaraan listrik di Asmat, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Menurutnya, masyarakat Agats masih secara mandiri mengisi baterai kendaraan mereka di rumah masing-masing. Elisa mengatakan pihaknya terus berupaya mempertahankan sepeda motor listrik sebagai moda transportasi utama di Agats.

Karena keberadaan motor listrik turut berkontribusi menjaga Agats sebagai daerah bebas polusi udara maupun suara.

“Ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya dan masyarakat Agats. Semoga dapat menginsipirasi daerah-daerah lainnya di Indonesia untuk juga dapat membangun ekosistem kendaraan yang lebih ramah lingkungan,” kata Bupati Elisa Kambu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya