Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Salah seorang pedagang buah, Wahmi, 50, mengaku berjualan di trotoar agar lebih dapat dilihat pelanggan. “Masa sepi begini saya juga ingin menambah penghasilan. Caranya ya dengan berjualan di tempat yang letaknya lebih maju beberapa meter dari biasanya,” kata perempuan yang biasa berjualan di salah satu toko pakaian di depan Pasar Kota Boyolali ini kepada Solopos.com.
Cara tersebut menurutnya cukup berhasil. Meski tidak banyak, beberapa pengendara yang melintas di Jl Pandanaran membali buah-buahan dagangannya. “Hanya hari ini saja jualan di tempat ini, mulai besok saya mundur lagi ke tepat semula. Saya tahu jualan di badan trotoar tidak boleh,” ujarnya.
Sementara Satria, 30, pedagang es campur di depan SMP Negeri 2 Boyolali, malah mendapat berkah dari penertiban PKL yang dilakukan dua hari lalu. Pria asal Teras ini mengatakan setelah mundur satu meter dari tempatnya biasa berjualan, dagangannya lebih terlihat oleh pengendara maupun masyarakat sekitar. ”Meski belum meningkat tajam, pembeli bertambah. Semula hanya anak-anak SMP sekarang masyarakat umum mulai banyak,” tuturnya.
Salah seorang juru parkir (jukir) di Jl Pandanaran, Warto, mengaku masih kesulitan menata parkir kendaraan, karena jalan tersebut merupakan jalan dua arah. Selain itu, lanjutnya, tidak setiap toko atau warung di kawasan tersebut memiliki jukir khusus.”Saat jukir sedang mengatur kendaraan di seberang jalan, ada pengendara di sisi seberangnya yang memarkir kendaraan dari sisi sebaliknya. Karena dikira tak ada jukir, kendaraan pun dikunci. Kami jadi susah mengaturnya agar rapi,” paparnya.
Sebelumnya, tim gabungan yang terdiri atas unsur Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), kepolisian, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) dan perangkat kantor kelurahan di wilayah Kecamatan Boyolali Kota, turun ke jalan untuk melakukan sosialisasi penataan dan penertiban PKL dan jukir. Penertiban tersebut menyasar jalan-jalan utama di wilayah Boyolali Kota.