SOLOPOS.COM - Ilustrasi dokter yang menangani Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA -- Sebanyak 115 dokter di Indonesia telah gugur dalam penanganan Covid-19 secara langsung maupun tidak langsung, dengan kasus kematian paling banyak terjadi di Jawa Timur.

Mengutip data Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, Rabu (16/9/2020), dari total 115 dokter yang gugur akibat Covid-19  tersebut di antaranya 60 dokter umum, 53 dokter spesialis, dan dua dokter residen atau masih menjalani pendidikan dokter spesialis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari jumlah tersebut juga diketahui tujuh dokter bergelar guru besar atau profesor telah wafat, yakni tiga guru besar dari dokter umum dan empat guru besar dokter spesialis.

Sempat Ditangkap, 4 Orang Diduga Penggerak Massa ke Plaza Manahan Solo Dipulangkan

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu, kasus kematian dokter akibat Covid-19 paling banyak terjadi di Jawa Timur 29 dokter, Sumatra Utara 21 dokter, DKI Jakarta 15 dokter, Jawa Barat 11 dokter, dan Jawa Tengah delapan dokter.

Sedangkan dokter spesialis yang paling banyak meninggal saat penanganan Covid-19 secara langsung maupun tidak langsung yakni delapan dokter spesialis penyakit dalam, tujuh spesialis bedah, dan lima dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Berdasarkan catatan PB IDI, jumlah dokter di Indonesia merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk melayani 10.000 penduduk.

Yang Tertib Pakai Masker Lur, Kalau Cuma di Dagu Bisa Kena Razia dan Didenda Rp50.000

Sementara rasio dokter spesialis sebesar 0,13 per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi tenaga medis dan tenaga kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar.

Kehilangan Pelayanan dari Dokter

Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi menjelaskan kematian dokter yang saat ini sebanyak 115 dokter dengan asumsi satu dokter melayani 2.500 penduduk, maka menggambarkan Rakyat Indonesia sebanyak hampir 300.000 akan kehilangan pelayanan dari dokter, begitu juga dengan meninggalnya dokter gigi dan perawat.

"Apalagi dengan meninggalnya dokter spesialis yang saat ini masih dirasakan kurang di Indonesia. Dokter adalah aset bangsa, investasi untuk menghasilkan dokter dan dokter spesialis sangat mahal," kata Adib.

Dia menambahkan kehilangan dokter tentunya akan dapat berakibat menurunnya kualitas pelayanan bagi Rakyat Indonesia.

Cek Rekening, Hari Ini 3,5 Juta Pekerja Terima Subsidi Gaji Tahap III

Oleh sebab itu, Adib meminta ketegasan pemerintah untuk membuat langkah-langkah kongkret dalam upaya perlindungan dan keselamatan bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Upaya kongkret, ungkap dia, melalui pembentukan Komite Nasional Perlindungan dan Keselamatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang bertugas mengintegrasikan seluruh stakeholder kesehatan untuk fokus dalam upaya perlindungan dan keselamatan serta upaya-upaya pengawasannya.

"Kebutuhan dokter tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi organisasi profesi dan perhimpunan-perhimpunan spesialis untuk tetap dapat menjamin proporsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya