SOLOPOS.COM - Bupati Sukoharjo, Etik Suryani dalam kunjungannya di lokus stunting di Blimbing RT 003/RW 006, Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo, Senin (23/1/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Angka stunting Kabupaten Sukoharjo berada pada 8,10% dari hasil penimbangan serentak yang dilaksanakan pada Agustus 2022 lalu. Meski masih jauh dari angka stunting nasional yang berada pada 24%, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tetap berupaya menekan angka tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, menyebut angka stunting 8,10% memang lebih tinggi dibandingkan 2021 yang berada pada 7,11%. Namun hal perbandingan itu tak sepenuhnya tepat mengingat angka 7,11% pada 2021 diambil dari data berat badan sekitar 70% anak di Sukoharjo. Sementara jumlah 8,10% pada 2022 berasal dari 93,5% anak.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Sebelumnya kami menggunakan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan hanya mengambil sampel berat badan anak. Pada tahun 2022 kami menggunakan aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat [e-PPGBM] dengan sasaran seluruh anak di Posyandu. Sehingga keduanya tidak bisa dibandingkan,” jelas Tri Tuti kepada Solopos.com, Senin (23/1/2023).

Dinkes kini terus berupaya memasifkan remaja putri meminum obat tambah darah yang diberi nama gerakan minum pil pintar dan juga pil cantik untuk para pekerja perempuan. Mengingat pencegahan stunting dapat dilakukan jauh sebelum kelahiran bayi.

Tri Tuti berharap Sukoharjo turut berkontribusi menyumbangkan penurunan angka stunting yang juga berpengaruh terhadap angka stunting nasional. Dia juga meminta seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) turut berkontribusi dengan memfokuskan program pada desa lokasi fokus (lokus) stunting.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, dalam kunjungannya di salah satu lokus stunting yakni Desa Wonorejo, Polokarto, mengatakan Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting di Indonesia pada 2024 turun jadi 14%.

Etik menegaskan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas Pemkab Sukoharjo. Tingginya angka stunting mengancam kualitas sumber daya manusia ke depan.

Menurut Etik, upaya untuk menekan angka stunting harus dihadapi dan ditanggulangi secara terpadu dan terintegrasi melalui kolaborasi semua pihak. “Pemerintah, pengusaha swasta, tokoh agama, tokoh masyarakat  harus turut menanggulangi stunting. Yang paling penting keterlibatan dari lingkungan keluarga,” tegas Etik.

Menurutnya dengan membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang, mulai dari penanganan gizi, kualitas sanitasi dan kualitas lingkungan dapat menjadi upaya penurunan stunting.

Dapur Sehat Atas Stunting

Sementara itu Pemkab telah membentuk Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisik stunting.

Dahsat menyasar keluarga yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu meyusui serta bayi dua tahun (baduta)/bayi tiga tahun (batita) berisiko stunting. Terutama dari keluarga kurang mampu.

Lebih lanjut, Etik menyebut kegiatan Dahsat mencakup edukasi perbaikan gizi dan konsumsi pangan ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Melalui Dahsat masyarakat juga akan diberi sosialisasi terkait pangan lokal yang terjangkau, bercita rasa, dan bergizi.

“Saat ini Dahsat di Kabupaten Sukoharjo sudah terbentuk di seluruh Kecamatan. Dan pada pagi hari ini, kader-kader dari Desa Wonorejo dengan semangat yang luar biasa menyajikan olahan menu-menu makanan bergizi seimbang yang mudah dibuat dan berbahan lokal,” jelas Etik.

Dia berharap kunjungannya tersebut bisa memacu Dahsat di Kabupaten Sukoharjo untuk bisa lebih berperan dalam rangka menurunkan angka stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya