SOLOPOS.COM - Pembalap Australia, Stuart O'Grady. DokJIBI/SOLOPOS/Reuters/Francois Lenoir

Solopos.com. LONDON –Aksi kebut balap sepeda Tour de France (TdF) sepertinya tak bisa dilepaskan dari penggunaan obat terlarang atau doping. Setelah sebelumnya Lance Armstrong, yang menjadi juara TdF tujuh kali, sejak 1997-2002, terbukti menggunakan doping, kali ini giliran Stuart O’Grady yang mengaku menggunakan obat terlarang pemicu darah EPO saat menjuarai TdF 1998.

Dilansir Antara, O’Grady, yang mengumumkan pengunduran dirinya, pekan ini setelah menolong timnya,  GreenEdge, memenangi time trial team di TdF tahun ini. O’Grady merupakan atlet Australia pada 1998 yang mengenakan kaos kuning sebagai tanda pemimpin klasemen lomba.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Untuk memimpin perlombaan, saya mengambil keputusan itu,” kata pembalap berusia 39 tahun itu kepada koran Adelaide, The Advertiser, dalam satu wawancara khusus.

“Saya menenggak obat itu (EPO) atas kemauan diri saya sendiri, tidak ada orang yang terlibat. Saya melakukannya sendiri, bukan suruhan tim saya. Saya membelinya di salah satu apotik di daerah perbatasn,” katanya.

O’Grady, mantan pebalap sepeda trek yang memenangi tiga medali Olimpiade di Athena pada 2004, memenangi pertama kali dari empat kemenangan tahapan Tur pada tahun itu, ketika lomba diwarnai dengan skandal doping Festina.

Festina dikeluarkan dari ajang perlombaan setelah anggota tim medis ditangkap di perbatasan Prancis dan petugas imigrasi menahan obat terlarang yang dibawa mereka, termasuk EPO.

Koran itu menjelaskan, O’Grady termasuk dalam daftar nama pemeriksaan yang dilakukan Senat Prancis, yang kelihatannya terlibat penggunaan obat terlarang pada Tur 1998 setelah tiga peserta lainnya, Marco Pantani dari Italia, atlet Jerman Jan Ullrich dan pebalap Amerika Bobby Julich, ketahuan menggunakan EPO.

“Saya menggunakan obat itu dua minggu sebelum Tur Prancis,” kata O’Grady, yang membawa bendera Tim GAN Prancis ketika itu.

“Saya sangat berhati-hati ketika itu, menggunakannya sedikit, karena saya mendengan cerita mengerikan tentang itu. Saya hanya ingin memimpin lomba,” katanya.

“Ketika kasus Festina muncul, saya menyembunyikan obat itu, bahkan membuangnya dan tidak pernah lagi menyentuhnya,” katanya.

“Bagi saya, itu obat paling sulit ditelan ketika itu, kejadiannya sudah lama dan hukukamannya amat buruk dan banyak orang yang akan mempertanyakannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya