SLEMAN: Stres selama di pengungsian menyebabkan banyak pengungsi yang menempati GOR Pangukan Sleman menderita sakit maag. Setiap hari puluhan orang berobat ke klinik PMI dan Puskmesmas Sleman yang disediakan di lokasi tersebut.
“Maag tidak hanya karena persoalan makanan tapi juga karena pikiran yang stress. Merak masih sering memikirkan kondisi rumah yang ditinggal,” ujar salah satu petuga kesehatan Puskesmas Sleman, Haryati, Senin (8/11). Menu makan yang berubah drastis, kata dia, juga menjadi penyebab sakit maag.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Untuk mengantisipasinya, tim medis telah menyediakan banyak pasokan obat maag seperti antasida, ranitidine dan promag. “Kami juga berikan pengertian bagi pengungsi untuk menenangkan pikiran, jangan terlalu stress, termasuk membiasakan diri dengan makanan di pengungsian,” tambahnya. Menurutnya, selain obat maag, kebutuhan yang terpenting adalah obat demam dan sakit pernafasan.
Salah seorang anak yang ikut mengungsi bahkan sejak dua hari terakhir sering mimisan akibat demam. Pasokan udara segar yang cukup minim di dalam barak pengungsi, juga menjadi salah satu penyebabnya. “Badan saya panas, sakit kepala dan mimisan,” ujar Krisna, 11.
Hal serupa juga dialami mbok Budi, 57. Pengungsi asal Dusun Tritis Purwobinangun ini mengaku pusing sejak tiga hari terakhir. Bahkan tekanan darahnya turun drastis selama berada di pengungsian.
“Pasokan oksigen memang minim karena banyaknya pengungsi di dalam ruangan. Kami sarankan mereka untuk beberapa saat keluar ruangan agar mendapatkan pasokan udara bersih,” pungkas Haryati.(Harian Jogja/Galih Kurniawan)