SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

KLATEN — Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Klaten, menilai turunnya harga tembakau  di wilayah Klaten itu dikarenakan stok tembakau pada musim ini sedang melimpah. Sehingga membuat pihak pengepul akan menurunkan harga tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Wiwied Puji Astuti, mengatakan secara hukum ekonomi, anjloknya harga tembakau itu tidak bisa dihindarkan. Menurutnya pada tahun lalu, harga tembakau di wilayah Klaten, sangat tinggi, hal tersebut karena stok tembakau di Klaten, waktu itu sedikit, sehingga pembeli akan menaikkan harga.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelumnya, pihak Dispertan Kabupaten Klaten, mengaku telah melakukan sosialisai kepada para petani, agar tidak berlebihan ketika menanam tembakau. Namun, sosialisasi itu tidak dihiraukan oleh masyarakat, sehingga hasilnya harga tembakau menurun drastis jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Wiwied, juga menambahkan secara kualitas, tembakau di Kabupeten Klaten, saat ini tidak ada penurunan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Kualitas sangat bagus, apalagi tidak ada hama dan hujan,” ungkap Wiwied, ketika ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (8/10/2012).

Sementara itu, salah seorang staf Dispertan Klaten, Sudarmaji, mengatakan melimpahnya jumlah tembakau di wilayah Klaten itu disebabkan para petani melanggar Surat Edaran (SE) Gubernur  Jawa Tengah, Bibit Waluyo, tentang pola tanam tembakau.

Pada SE tahun ini tanaman tembakau di wilayah Klaten terbagi menjadi beberapa macam, yakni jenis Rajangan 875 Ha namun realisasinya 1.402 Ha. Untuk jenis Asepan SE Gubernur sebesar 500 Ha dengan realisasi 942 Ha. Sedangkan untuk jenis Vorstenland luasan lahan tembakau  yang ditanam 133 Ha, luasan itu lebih rendah dari yang di tentukan oleh gubernur yakni 250 Ha.

“Jika para petani mematuhi SE tersebut, kemungkinan anjloknya harga tidak mungkin terjadi seperti sekarang ini, apalagi petani yang hanya ikut-ikutan menanam saat harganya tinggi, itu justru  mengancam harga tembakau pada tahun berikutnya,”  kata Sudarmaji.

Sudarmaji juga menghimbau kepada para petani agar ke depannya lebih konsisten dalam bertani, tidak ikut-ikutan sesuai musim yang ada. Selain itu, para petani juga diharapkan membangun kemitraan dengan pihak ketiga atau kepada pihak pabrik rokok, agar harga tembakau lebih stabil.

“Dengan kemitraan biasanya ada perjanjian di awal mengenai masalah harga, selain itu, kualitas tembakau akan ikut dikontrol oleh pihak pabrik. Pada penen pertama lalu, harga tembakau basah setiap kilogram Rp20.000-Rp25.000,” sambungnya.

Dari pantauan beberapa hari terakhir, harga tembakau basah per kilogram hanya berkisar Rp3.500-Rp5.000. Padahal dengan kondisi yang sama harga tembakau tahun lalu mencapai Rp15.000 setiap kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya