SOLOPOS.COM - Sejumlah warga berada di TPPS Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Senin (28/12/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Desa di kawasan rawan bencana atau KRB III Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali masih siaga menghadapi aktivitas Gunung Merapi, Senin (28/12/2020). Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, pun siap jika status siaga bencana harus diperpanjang.

Pada Senin pagi, di tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) Desa Tlogolele, masih terlihat sejumlah pengungsi. Ada anak-anak, ada juga sejumlah ibu dengan usia yang terlihat sudah lanjut. Sejumlah petugas kepolisian, TNI maupun sukarelawan juga terlihat di lokasi itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kapolresta Solo Terjunkan Tim Khusus Buru Kerumunan di Malam Tahun Baru

Sekretaris Desa Tlogolele, Neigen Achtah Nur Edy Saputra, mengatakan hingga Senin (28/12/2020), masih ada sekitar 173 warga yang berada di TPPS Desa Tlogolele. Mereka terdiri dari warga lanjut usia, difabel, anak-anak, dewasa serta ibu hamil dan menyusui.

"Masyarakat kalau siang beraktivitas seperti biasa. Mereka ada anak-anak, balita juga lansia," kata dia.

Neigen mengatakan Pemerintah Desa Tlogolele dan tim siaga desa sejauh ini terus membuka TPPS. Mengingat status siaga darurat bencana Gunung Merapi dari Pemerintah Kabupaten ditetapkan hingga akhir Desember. Sedangkan untuk selanjutnya, pihaknya masih menunggu instruksi dari pemerintah kabupaten maupun provinsi.

"Kami mengikuti instruksi BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Kabupaten Boyolali, mau diperpanjang atau tidak. Sampai saat ini kami belum tahu. Kalau misalnya diperpanjang, kami Pemerintah Desa Tlogolele bersama tim siaga desa dan sukarelawan yang ada di Tlogolele, selalu siap," kata dia kepada wartawan, Senin.

Selain itu pihaknya pun terus berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terkait aktivitas Gunung Merapi. "Menurut informasi yang kami terima, sampai saat ini aktivitas Gunung Merapi masih tinggi," lanjut Neigen.

Neigen tidak memungkiri adanya kejenuhan dari para pengungsi. Pihaknya dibantu sukarelawan lainnya pun berupaya untuk memberikan hiburan kepada pengungsi. Mulai mengajak beraktivitas di TPPS, nonton bareng dan sebagainya.

Jenuh

Salah satu pengungsi, Jemi, mengaku sudah sekitar dua bulan berada di TPPS. Selama ini dia pun merasa sudah cukup jenuh berada di lokasi pengungsian. Namun karena hal itu sudah menjadi arahan dari pemerintah, dia pun berupaya untuk mengikuti anjuran itu.

"Kalau di rumah, kalau yang punya lahan kan bisa bercocok tanam. Atau kalau tidak melakukan aktivitas rumahan, momong anak. Di sini memang semuanya sudah dicukupi, tapi tidak bisa bertani," jelas dia.

Pemkab Sukoharjo Petakan Calon Penerima Vaksin Covid-19, Ini Target Utamanya

Kejenuhan warga di lokasi pengungsian juga terjadi di Desa Jrakah. Kepala Desa Jrakah, Tumar, mengatakan 5 Desember lalu aktivitas di TPPS Desa Jrakah sudah tidak aktif lagi. "Pada 7 Desember ada guguran, warga sudah persiapan mau ngungsi, tapi karena kondisi sudah dianggap tidak bahaya, mereka kembali lagi. Jadi kadang datang banyak, kadang pulang semua," kata dia kepada wartawan, Senin.

Menurut Tumar, alasan warga meninggalkan TPPS karena kejenuhan. Selain itu warga juga tidak bisa menggarap kebunnya. "Maka kami menyadari, karena mereka ingin pulang untuk bekerja, mau bagaimana lagi. Terakhir ada 84 orang. Setelah itu belum ada pengungsi yang menetap di TPPS lagi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya