SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta– Gempa di Indonesia secara statistik memiliki pola-pola tertentu yang terus berulang. Bukan tidak mungkin, hal ini bisa dijadikan salah satu terbosan untuk melakukan prediksi kapan fenomena alam itu bakal terjadi kemudian hari.

Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (28/5).

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Andi menjelaskan, untuk wilayah Jawa, zona gempa mulai dari Selat Sunda, Sukabumi, Cianjur, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Yogyakarta, sampai Jawa Timur.  Gempa Jawa tercatat lumayan banyak dan besar tahun demi tahun.

Untuk zona Sumatera mulai dari  Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu hingga Sumatera Selatan.  Gempa Sumatera tercatat sangat banyak dan besar  dari tahun demi tahun. Sedangkan zona gempa Indonesia Timur mulai dari Sumbawa, Flores, Timor, Sulawesi, Maluku hingga Papua.

Menurut Andi, berdasarkan data yang dimilikinya, terjadi pola pengulangan gempa setiap 30 bulanan. Misalnya, gempa terbesar Sumatera 26 Desember 2004  sebesar 9,1 SR atau 28 Maret 2005  sebesar 8,6 SR berulang pada 12 September 2007 dengan kekuatan 8,5 SR.

Pada 9 Desember 2007 terjadi gempa dengan kekuatan 8,5 SR. Dan 16 hari 6 bulan 2 tahun sebelumnya, atau pada 28 Maret 2005, terjadi gempa berkekuatan  8,6 SR.

Ditambahkan Andi, pihaknya bersama sejumlah ahli gempa dari ITB, LIPI, UGM serta Universitas Andalas, akan melakukan kajian terhadap pola pengulangan gempa tersebut. Hasil kajian ini diharapkan bermanfaat bagi mitigasi bencana, khususnya gempa, di Indonesia.

“Hal ini pernah terjadi di Turki. Secara teknologi memang gempa tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Tapi bukan tidak mungkin hal itu (prediksi gempa) bisa kita lakukan lewat data statistik sehingga bisa meminimalisir korban,” ungkap Andi.

Selain itu, lanjut Andi, pihaknya juga akan mendorong soal kebencanaan ini masuk dalam kurikulum SD hingga perguruan tinggi. Hal ini sangat penting mengingat Indonesia sebagai negara rawan bencana.

“Kita akan mendorong kurikulum kebencanaan masuk ke dalam mata pelajaran SD, SMP sampai Perguruan Tinggi,” ujar Andi.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya