SOLOPOS.COM - Pengecatan Ulang Bangunan Cagar Budaya Stasiun Jebres

Solopos.com, SOLO — Apakah betul Stasiun Jebres Solo menjadi pintu masuk wabah penyakit pes di Kota Solo, Jawa Tengah pada 1922?

Perlu diketahui, Pulau Jawa dan sebagian pulau lain pernah mengalami masa-masa sulit seperti pandemi Covid-19, karena penyakit pes dan juga flu Spanyol.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal ini juga terjadi di Solo. Dalam jurnal Esuk Lara, Sore Mati: Sejarah Pageblug dan Penanggulangannya di Jawa Tengah Abad XX, pada 1912-1913, wabah pes menyerang Kota Solo.

Baca Juga:  Sejarah Stasiun Jebres Solo yang Cantik Ala Bangunan Yunani-Belgia

Mengutip portal resmi Kebudayaan Kemdikbud, dalam sebuah laporan serah terima jabatan Residen Surakarta, Harloff pada 1922, disebutkan tahun 1915 terjadi wabah pes di Solo yang diduga berasal dari aktivitas sirkulasi barang di Stasiun Jebres Solo.

Masih dalam catatan tersebut dituliskan penyakit pes pertama kali diketahui karena ada tikus yang mati dalam jumlah banyak di gudang beras dekat Stasiun Jebres.

Baca Juga:  Bukan Masjid Agung Demak, Ternyata Ini Masjid Tertua di Jawa Tengah

Pada pekan pertama, penyakit pes ini menyebar di daerah Jebres dan menular ke kampung-kampung lainnya di Solo. Penularan ini diduga melalui tikus-tikus yang tinggal di selokan di Solo.

Hanya perlu waktu empat bulan, seluruh kota tertular wabah yang disebut pertama kali muncul di Stasiun Jebres Solo ini, mulai Onderdistrik Kota, Pasar Kliwon, Serengan hingga Laweyan.

Baca Juga:  Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Tercatat dalam laporan Residen Surakarta Harloff 1922, jumlah kasus pes dalam triwulan I tahun 1915 ada 6 kasus, triwulan II ada 23 kasus, triwulan III ada 150 kasus, dan triwulan IV terdapat 1.207 kasus.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, wabah ini bermula dari politik impor beras dari Burma/Myanmar pada permulaan abad XX. Dalam perjalanannya mengarungi samudera, binatang pengusung pes menyertai bahan pokok itu.

Baca Juga:  Juru Kunci Gunung Merapi Sekarang Ternyata Anak Mbah Maridjan

Beras berasal dari Burma tidak sehat, sebab telah dipenuhi pinjal (kutu) tikus yang ikut menyebar di tanah Jawa usai bongkar muat barang di pelabuhan. Akhirnya, penyakit itu menyebar secara bertahap di Hindia Belanda. Dimulai pada 1910 menyasar gerbang pelabuhan Surabaya, lalu menjalar ke Malang, Kediri, Madiun, Solo, serta Yogyakarta.

Sebagai informasi, Stasiun Jebres Solo pada awalnya dibangun sebagai sarana angkutan komoditas hasil tanaman, yakni gula dan tembakau. Kala itu, dua komoditas tersebut menjadi andalan di wilayah Soloraya.

Baca Juga:  Oalah, Ini Arti dari Wonogiri, Sudah Tahu Belum?

Dua komoditas tersebut kemudian dikirim ke Pelabuhan Cilacap untuk dikirim ke Eropa. Akan tetapi, setelah jalur KA Kroya-Cirebon tersambung pada 1917, pengiriman diganti menuju Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya