STALKING : Lebih Banyak Negatifnya

Stalking berawal dari rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap detail kehidupan orang lain.

Hastuti Rifayani, dosen psikologi Universitas Sahid (Usahid) Solo, menjelaskan sebenarnya stalking berawal dari rasa ingin tahu dan tertarik tentang kehidupan orang lain. Biasanya orang yang disukai awalnya gak sadar. Si stalker atau pelaku stalking biasanya kalau tahu satu fakta lantas ingin tahu fakta yang lain. Repotnya kalau si stalker tidak bisa mengendalikan hasrat ingin tahu ini. Dia bisa-bisa terobsesi, bahkan yang awalnya bertujuan baik menjadi tidak baik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dampak negatif dari stalking adalah penyebaran berita-berita maupun gosip-gosip mengenai orang yang akunnya di-stalk oleh pelaku stalking,” kata Hastuti. “Selama pelaku stalking tidak menggangu biarkan saja, tetapi bila sudah menganggu privasi kita, kita dapat melakukan beberapa hal seperti mengunci akun kita, jangan banyak-banyak update status agar pelaku stalking lama-lama bosan sendiri dan menyerah tidak lagi nge-stalk akun kita, atau buat akun baru, yang hanya orang-orang terdekat yang kita add,” paparnya saat ditemui Wasis, Kamis (15/1).

Hastuti juga kasih tips biar aksi stalking enggak keterusan nih:
1. Harus menyadari setiap orang punya privasi yang harus dihargai dan kembalikan pada diri kita sendiri suka enggak privasinya diganggu. Kalau enggak jangan lakukan itu kepada orang lain.
2. Jangan sering-sering buka media sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya.
3. Matikan pemberitahuan otomatis update media sosial kita di ponsel agar kita tidak tergoda membukanya.
4. Cari aktivitas lain yang lebih nyata dan bermanfaat.

(Shinta/Wasis)